JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan Jumat ini menguat sebesar 0,80 persen atau 128 poin menjadi Rp15.727 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp15.855 per dolar AS.
“Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat tajam 128 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 140 poin di level Rp15.727 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.855. Adapun untuk perdagangan Senin (6/11) depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.680-Rp15.750,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Jumat.
Penguatan rupiah dipengaruhi sikap Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga tetap stabil dan memberi sinyal agak dovish terkait kenaikan suku bunga acuan. Hal ini memicu peningkatan spekulasi bahwa Bank Sentral AS telah selesai menaikkan suku bunga acuan untuk tahun ini, dan baru mulai menurunkan suku bunga pada pertengahan tahun 2024.
Saat ini, pasar fokus menunggu data utama nonfarm payrolls AS untuk bulan Oktober 2023 yang akan dirilis pada hari ini. “Namun, data payrolls akan diawasi dengan ketat, mengingat bahwa The Fed masih membuka peluang untuk kenaikan suku bunga lagi tahun ini kendati langkah tersebut sangat bergantung terhadap inflasi dan pasar tenaga kerja AS,” katanya pula.
BACA JUGA:Perwakilan PT SAS Diusir Warga Aurkenali Kota Jambi, Ini Penyebabnya
Melihat pengaruh dari sentimen dalam negeri, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai data perekonomian domestik masih baik. Hal ini mampu memberikan sentimen positif ke rupiah, asal sentimen eksternal tak mendominasi sentimen pasar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami inflasi 0,17 persen pada Oktober 2023 jika dibanding dengan IHK bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Angka itu dipengaruhi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 115,44 pada September 2023 menjadi 115,64 pada Oktober 2023.
Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun ke tahun mencapai 2,56 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 1,80 persen (year-to-date/ytd). (ANTARA)