Dengan perasaan sebagai nikmat ilahi yang ada dalam ruh, manusia mampu berpikir menggunakan akal/akal (al-aql) dari otak. Hal ini selanjutnya mendorong akal/akal untuk berpikir melalui berbagai imajinasi yang pada akhirnya menghasilkan pemahaman. Pikiran dan pikiran yang berkembang melalui imajinasi menghasilkan pemahaman, akibatnya menghasilkan pengetahuan jasmani.
Berbeda dengan Intellectual Quotient, Emotional Quotient, atau Spiritual Quotient, Ruhani Quotient) didasarkan pada ruh, dimana ruh berfungsi sebagai sumber dari semua kecerdasan manusia karena memiliki kemampuan untuk merasakan dan merasakan (Iskandar et al., 2019). Indera/persepsi itu sendiri adalah pengetahuan yang selanjutnya mengarah pada Ruhiologi. Ruhiologi menempatkan ruh sebagai pengetahuan luas yang menghasilkan beberapa pengetahuan jasmani.
BACA JUGA:Hari Pertama Pasca Lebaran, Sah Serap Aspirasi Dengan Buka Kantor
BACA JUGA:10 Perusahaan Diadukan Soal Pembayaran THR
Dengan demikian, Ruhiologi tidak hanya membahas pengetahuan jasmani, tetapi merupakan pengetahuan yang luas tentang kebijaksanaan dan kecerdasan. Pengetahuan jasmani dan pengetahuan luas menjadi dua entitas berbeda yang ditemukan dalam diri manusia. Pengetahuan yang luas (kebijaksanaan dan kecerdasan) mengacu pada nikmat indera/persepsi yang melekat di dalam ruh, sedangkan pengetahuan jasmani mengacu pada hasil yang dibawa oleh nikmat indera/persepsi tersebut yang ditemukan di dalam ruh.
Formulasi kecerdasan ruhiologi sebagai solusi bagi pendidikan nasional di Indonesia. dimensi kajian ruhiologi (Iskandar et al., 2019; Ushuluddin et al., 2021) dari nilai ajaran agama islam yaitu dimulai dari mengenal diri - ibadah- dan puncaknya adalah perubahan tingkah laku/watak atau akhlak dengan cara melenyapkans penyakit hati. Akhlak menurut pendapat Al-Jurjani adalah istilah sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung.
Simpulan
Praktek pencapaian tujuan pendidikan nasional lebih dominan mengembangkan potensi alam pikiran meliputi kognitif, afektif, psikomotor dengan pendekatan paradigma Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ) namum demikian, dalam prakteknya kurang melatih domain rohani peserta didik yang berbasis filosofi transedental yang mengejewatah tujuan utama pendidikan yang secara eksplisit yaitu dimensi iman, taqwa, dan ahlak mulia. Oleh karena itu perlu formulasi pendidikan ruhani berbasis transedental yaitu kecerdasan ruhiologi (RQ) untuk dipahami oleh pendidik dan peserta didik secara holistic untuk membimbing paradigma kecerdasan IQ, EQ, SQ untuk pencapaian tujuan pendidikan secara holistic.