Kabinet Baru

Dahlan iskan--


Semua aliran tertampung.
Semua agama.
Semua profesi.


Orang luar dan dalam. Musuh apalagi kawan. B
atak dan Dayak.


Pribumi nonpribumi.
Tua muda.
Pusing.


Yang selalu ada sejak dulu: Jawa, Sunda, Batak, Minang, Makassar, Aceh, Bali, dan NTT. Di kabinet apa pun. Presiden siapa pun.
Pun ketika Bung Karno membentuk "Kabinet 100 Menteri". Banyaknya menteri bertujuan untuk merangkul sebanyak mungkin spektrum.
Waktu itu bangsa lagi terancam pecah: pro Soekarno dan anti Soekarno. Itu akibat peristiwa G30S/PKI yang terjadi tiga atau empat bulan sebelumnya.


Bung Karno saat itu masih menjabat presiden tapi praktis tidak punya kekuasaan. Perintahnya tidak didengar. Keputusannya tidak dijalankan. Di lapangan Pak Hartolah yang berkuasa --dengan pangkat "hanya" mayor jenderal tapi mengendalikan tentara sepenuhnya.


Bung Karno masih berusaha untuk kembali berkuasa dalam arti yang sesungguhnya. Pembentukan Kabinet Dwikora II adalah salah satu upaya untuk kembali mengambil kekuasaan itu.


Tentu ada pihak yang tidak ingin Bung Karno mendapatkan kekuasaannya lagi. Ejekan "Kabinet 100 Menteri" adalah salah satu cara untuk "merusak" nama baik kabinet itu --kebetulan memang banyak yang namanya tidak baik.
Akhirnya kabinet 100 Menteri tersebut memang tidak bisa bekerja --tidak punya waktu.
Ketika kali pertama akan dilakukan sidang kabinet, banyak menteri tidak bisa masuk istana.
Ada yang ditangkap. Ada yang dihambat.


Yang sudah berhasil masuk Istana pun kabur. Terbirit-birit.


Soebandrio sampai lari tidak pakai sepatu --ketinggalan di ruang sidang.
Di Monas, depan Istana, sudah penuh dengan tentara. Dihembuskan kabar yang tidak jelas: istana akan diduduki.
Bung Karno diungsikan ke Istana Bogor. Selebihnya Anda sudah tahu: di Bogor Bung Karno didatangi tiga jenderal.
Keluarlah yang di sekolah Anda baca bukunya: Supersemar. Surat Perintah 11 Maret. Bung Karno menunjuk Pak Harto untuk mengatasi keamanan dan ketertiban masyarakat.


Itulah perintah yang membuat Bung Karno sendiri tidak aman.


Kekuatan yang anti Soekarno sebenarnya masih besar. Pasukan "hidup-mati nderek Bung Karno" juga sangat besar. Jauh lebih besar dari Pasukan Berani Mati yang gak jadi bergerak bulan lalu.
Semua sudah jadi sejarah.


Sebagian tetap jadi pelaku sejarah.


Kita tunggu pengumuman susunan kabinet baru sebentar sore. Dulu-dulu calon menteri dipanggil setelah presiden terpilih dilantik. Tepatnya, ditelepon.


Kali ini pemanggilan sudah mulai dilakukan tiga hari sebelum pelantikan. Tidak ada masalah. Presiden baru pakai cara baru. Wajar. Bisa lebih cepat bekerja.

BACA JUGA:Romi - Sudirman Paparkan Visi dan Misi di Hadapan Para Pakar

Tag
Share