Penelitian Dosen FKIK Unja, 18 Persen Perokok di Jambi Termasuk Kategori Merokok Berat atau Sangat Berat
ilustrasi--
JAMBI – Tim penelitian dari Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) memaparkan hasil penelitian berjudul “Pengaruh Kenaikan Cukai Tembakau terhadap Perilaku Merokok pada Masyarakat di Kota Jambi.”
Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan PEBS Universitas Indonesia dan Tobacco Control Research Network (ITCRN).
Konferensi dibuka oleh Dekan FKIK, Dr. dr. Humaryanto, SP.OT., M.Kes., yang dihadiri oleh tim peneliti, termasuk Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., Dr. Dwi Noerjoedianto, SKM., M.Kes., M. Ridwan, SKM., MPH., dan Dr. dr. H. Maulana, MKM.
Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan media massa, termasuk Humas UNJA, Jambi Independen, Jambi-One, Jambi Ekspres, Tribun Jambi, dan Antara.
BACA JUGA:Ilmuwan Desak Nordik Tindak Lanjut Ancaman Keruntuhan AMOC Bisa Picu Kekacauan Iklim
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Parah! Puluhan Siswa SMP 10 Kota Jambi Pesta Miras di Sekolah
Dalam sambutannya, Dr. Humaryanto menekankan pentingnya penelitian ini dalam mendukung upaya pengendalian rokok.
“Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program, seperti Pictorial Health Warning (PHW) dan kenaikan cukai, kita perlu menyadari bahwa budaya merokok di masyarakat masih sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku merokok di Kota Jambi,” ungkapnya.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan strategi yang lebih efektif dalam mengurangi prevalensi merokok, serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik dalam upaya pengendalian tembakau.
Tim peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat di Kota Jambi.
BACA JUGA:Sejumlah Truk Dilempari Batu di Tol Bayung Lencir-Tempino Jambi: Resahkan Pengguna Jalan
BACA JUGA:3 Makanan yang Tepat untuk Mencegah Kambuhnya Gejala Eksim
Dr. Ummi Kalsum, SKM., MKM., salah satu anggota tim peneliti, juga menjelaskan tujuan dari konferensi pers ini.
“Kami ingin mensosialisasikan hasil penelitian ini kepada masyarakat agar informasi yang kami dapat bisa menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan demikian, diharapkan masyarakat akan lebih sadar akan bahaya merokok,” kata Dr. Ummi kalsum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18% perokok di Jambi termasuk dalam kategori merokok berat atau sangat berat, dengan 93,7% merokok setiap hari.
Meskipun kenaikan cukai rokok diharapkan dapat menurunkan jumlah perokok, hanya 2,2% dari responden yang berniat berhenti merokok jika harga naik 50%, dan 7,4% jika harga naik 100%.
BACA JUGA:Mengenal Empat Ajudan Baru Presiden Prabowo, Berikut Profil Lengkap Mereka
BACA JUGA: Pertanda Baik yang Menggembirakan, Ini 5 Arti Mimpi Dapat Hadiah
Penelitian juga menemukan bahwa 65% perokok menggunakan 10-20% dari pendapatannya untuk membeli rokok.
Selain itu, 70,8% perokok merasa bahwa harga rokok masih terjangkau, sedangkan 50% menyatakan bahwa kenaikan harga rokok cukup mempengaruhi konsumsi dan perilaku merokok mereka.
Dari data yang diperoleh, 59,3% perokok pernah berhenti merokok, dan 35,4% pernah mencoba upaya berhenti merokok. Dari yang berhenti, 65,9% beralih ke permen, dan 8,9% mengikuti terapi berhenti di fasilitas kesehatan.
Alasan utama perokok berhenti adalah kesadaran diri (28,2%), diikuti alasan kesehatan (12,9%) dan komitmen (7,1%). Sementara itu, pergaulan menjadi alasan utama bagi mereka yang masih merokok.