Tim PPM Fakultas Pertanian Universitas Jambi Implementasikan Inovasi Pengelolaan Hama Lalat Buah

--

JAMBI - Jeruk Siam Madu merupakan salah satu jenis jeruk yang saat ini cukup populer di tengah masyarakat Provinsi Jambi, di mana Kabupaten Kerinci merupakan salah satu sentra produksinya.


Sayangnya, produksi jeruk ini mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir akibat serangan hama lalat buah (Bactrocera spp).


Di Desa Jujun, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci, serangan hama lalat buah telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi petani jeruk, mencapai 50 - 80% dari total pendapatan mereka.


Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) Fakultas Pertanian Universitas Jambi, diketuai oleh Fuad Nurdiansyah, S.P., M.PlaHBio., Ph.D..


Anggotanya, 4 orang dosen yaitu Yulia Alia, S.P., M.P., Ir. Rike Puspitasari Tamin, S.Hut. MSi., I.PM, Ir. Agus Kurniawan M., S.P., M.Si., Dr. Ir. Endy Effran, S.P, M.Si dan 7 orang mahasiswa MBKM Program Studi Agroekoteknologi.


Menanggapi permasalahan ini, mereka menginisiasi program "Edukasi dan Pelatihan Strategi Pengelolaan Berkelanjutan Lalat Buah Jeruk untuk Meningkatkan Produksi Jeruk Siam Madu di Desa Jujun Kabupaten Kerinci".


Program ini dirancang untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan petani jeruk dalam mengatasi hama lalat buah secara efektif dan berkelanjutan.


Tujuannya adalah untuk meningkatkan baik kuantitas maupun kualitas produksi jeruk Siam Madu yang berasal dari Desa Jujun.


Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengembangkan sebuah model pengelolaan hama yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga ramah terhadap lingkungan.


Dampak Hama Lalat Buah


Program ini diawali dengan survei awal untuk mengidentifikasi kondisi eksisting dan permasalahan yang dihadapi oleh petani jeruk.


Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar petani jeruk di Desa Jujun menghadapi kendala serangan hama lalat buah sehingga menurunkan produksi berkisar 50 - 80%.


Lalat buah betina dewasa menyerang buah dengan memasukan telurnya ke dalam buah.
Telur tersebut kemudian menetas menjadi larva yang memakan daging buah, menyebabkan buah menjadi busuk dan gugur sebelum masak.


Rata-rata petani masih mengandalkan insektisida kimia untuk mengendalikan lalat buah. Kurangnya pengetahuan tentang dosis dan waktu aplikasi insektisida yang tepat menyebabkan lalat buah menjadi resistensi terhadap insektisida.
Berdasarkan hasil survei, tim PPM merancang program yang komprehensif dan partisipatif. Program ini melibatkan lebih kurang 15 petani jeruk di Desa Jujun.

Edukasi dan Pelatihan bagi Petani
Tahap selanjutnya adalah penyuluhan kepada petani jeruk mengenai siklus hidup lalat buah, gejala serangan, dampak ekonomi, dan metode pengendalian yang efektif.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan