Senin, 05 Mei 2025
Network
Beranda
Utama
Nasional
Internasional
Seputar Jambi
Jambi City
Jambi Barat
Jambi Timur
Target
Politik
Opini
Disway
Tokoh
Inforial
Society
Komunitas
Otomotif
Lifestyle
Edukasia
Kesehatan
Tips
Sport
Entertainment
Network
Beranda
Utama
Detail Artikel
Mobil Handphone
Reporter:
Disway
|
Editor:
Jennifer Agustia
|
Minggu , 20 Apr 2025 - 19:34
Dahlan iskan--
mobil handphone sepulang dari pulau moyo lebaran lalu itu saya hampir tiap hari ke dekat pacet, kaki gunung penanggungan. sendirian. pakai mobil listrik. kang sahidin masih lebaran di sukabumi selatan. agar perjalanan wira-wiri itu lebih bermanfaat, saya ingin berlomba dengan diri saya sendiri: ingin mencapai rekor penghematan pemakaian baterai mobil listrik. hari berikutnya harus lebih hemat dari hari sebelumnya. dari hari ke hari bersaing. dengan diri sendiri. toh hari-hari itu lalu-lintas sepi. tidak ada truk di jalan raya. santai. mobil bisa sepenuhnya dalam kendali manusia yang mengemudikannya. apalagi hari-hari itu saya tidak dalam keadaan terburu-buru. separo jalan surabaya-pacet itu datar. sekitar 30 km. setelah itu sedikit menanjak, 20 km. total 50 km. itu kalau tidak lewat jalan tol. baca juga:anak anggota dprd tanjab barat ditangkap, tersandung kasus narkoba baca juga: warga resah limbah tpa talang gulo cemari sungai pada hari-hari normal saya selalu lewat jalan tol. dari surabaya. exit-nya mojokerto. lalu lewat bypass sebelum lewat jalan kabupaten. jaraknya 15 km lebih jauh tapi bisa lebih cepat. itu karena tidak perlu melewati daerah padat industri di mojosari. terlalu banyak truk di kawasan itu. di hari keenam saya mencapai rekor: hanya menghabiskan 6 persen baterai –dari full 465 km. itu saat turun dari pacet ke surabaya. rekor berangkatnya: 9 persen. memang begitu. berangkat lebih boros dari pulang. berangkatnya menanjak, pulangnya menurun. kunci penghematan terbesar adalah: cara kaki menginjak pedal ''gas''. semakin sedikit menekan pedal gas itu semakin hemat. semakin halus dalam menambah kecepatan juga semakin hemat. saya semakin tahu diri: gaya menyetir saya harus berubah. tidak boleh ''kasar''. tidak boleh lakukan kejut-kejut dalam menambah kecepatan. tidak boleh melakukan gerakan menyalip secara spontan. kian saya memperhatikan itu kian hemat pemakaian listriknya. sebenarnya saya tidak perlu memikirkan itu. waini tidak perlu ada kekhawatiran kehabisan listrik. di rumah saya ada instalasi charging. di gubuk dekat pacet itu juga ada. bahkan waini di setiap rest area sudah ada colokan mobil listrik. dari pln. atau dari astra. kadang ada dua-duanya. beda dengan dulu. tapi tetap menarik untuk terus mendalami cara hidup baru dengan mobil listrik. saya bertekad tiap hari harus lebih hemat. dan ternyata bisa. mungkin lomba dengan diri sendiri itu sudah menjadi bagian dari jiwa saya: suka bersaing. termasuk dengan diri sendiri. dulu, sewaktu pak iskan sakit keras, saya juga bersaing dengan diri sendiri. pak iskan sakit di rumah adik saya di kompleks perumnas madiun. tiap hari saya harus setir mobil sendirian dari surabaya ke madiun. masih pakai jaguar bensin. tiap hari saya baru bisa berangkat pukul 12.00 malam. yakni setelah jawa pos siap masuk ke percetakan. di hari pertama saya catat: jarak itu perlu saya tempuh berapa lama. tiga jam. belum ada jalan tol. maka di hari kedua saya bertekad untuk bisa lebih cepat. pun di hari ketiga dan seterusnya. dengan bersaing seperti itu saya tidak merasa bosan di perjalanan. juga bisa menahan kantuk. setelah lebih seminggu akhirnya saya mencapai rekor tercepat: 2,5 jam. lalu 2 jam 20 menit. selesai. ayah saya meninggal dunia. membandingkan mobil bensin dan listrik punya kelebihan masing-masing. pun kelemahannya. tapi untuk keperluan menambah kecepatan, mobil listrik menang jauh. apalagi kalau untuk menyalip kendaraan lain. joss. jumat kemarin saya harus ke lasem. ada acara ulang tahun dewa yang menjaga klenteng di lasem. saya menggunakannya untuk tes mobil listrik yang baru: denza. yang penjualannya sudah lebih laris dari alphard. menurut buku, kapasitas listrik denza bisa untuk 600 km. jarak surabaya-lasem sekitar 200 km. berarti p/p 400 km. mestinya cukup. persoalannya: hari itu denza, grup byd, diisi enam orang. itu ikut menentukan boros-tidaknya listrik. kian berat beban kian boros. begitu sampai di lasem, kang sahidin lihat grafik pemakaian listrik: baru terpakai 44 persen. berarti aman. pulangnya akan perlu sekitar 44 persen juga. tidak. kami memutuskan pulang ke surabaya lewat jalur lain: randublatung-ngawi. bupati blora yang masih muda bertekad menjebol isolasi randublatung. caranya: membangun jalan dari randublatung ke tol ngawi. orang blora bisa ke solo lebih cepat lewat ngawi. jalan tembus itu berhasil dibangun. ia terpilih lagi. saya ingin merasakan jalan itu. lewat pukul 00.00 kami berada di jalur itu. lewat tengah hutan milik ugm. para mahasiswa fakultas kehutanan ugm melakukan penelitian di situ. yang berat dalam membangun jalan tembus itu adalah: harus membangun jembatan untuk melintasi bengawan solo. posisinya dekat museum manusia purba, trinil. jarak yang harus kami tempuh lebih jauh. maka begitu masuk tol ngawi kang sahidin ngebut. agar jangan sampai tiba di surabaya setelah subuh. pagi itu harus tetap olahraga. ngebut itu punya konsekuensinya: pemakaian listriknya lebih boros. maka begitu sampai mojokerto baterainya tinggal 5 persen. sudah muncul tanda harus segera charging. warna di dashboard sudah merah. ada satu rest area lagi di dekat mojokerto. tapi kami berdiskusi: mampir charging atau lanjut surabaya. sisa jarak tempuh masih 50 km lagi. lanjut! sampai sepanjang tinggal tiga persen. kang sahidin memperlambat kecepatan. sampai di bundaran waru tinggal 2 persen. kami nekat. que serra serra. akhirnya sampai di rumah: masih tetap 2 persen: pukul 03.00. berarti hanya akan tidur dua jam untuk bangun berolahraga. sewaktu pakai tesla, kami pernah dalam posisi kritis. sampai di krian baterai tersisa tinggal bisa jalan 15 km lagi. sampai sepanjang: 0 km. kami panik. jalan terus. pelan-pelan. masih 10 km lagi. entah apa yang akan terjadi. meski sudah 0 km ternyata masih bisa sampai rumah. baterai mobil listrik rupanya berbeda dengan baterai handphone.(dahlan iskan)
1
2
3
»
Tag
# pulau moyo
# kaki gunung penanggungan
# lebaran
# mobil listrik
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Jambi Independent 21 April 2025
Berita Terkini
Pengamat Nilai 3 Parpol Cari Aman
Politik
4 jam
Pembahasan RUU Perampasan Aset Menunggu RKUHAP Rampung
Politik
4 jam
Bahlil Ingatkan Konsolidasi Pengurus Golkar
Politik
5 jam
Demokrat Sebut Generasi Muda Punya Peran Penting Sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Politik
5 jam
SAH Doakan Nanda Saibah Saputri Lubis dan Andika Saputra Saat Menghadiri Tradisi Mangupa-upa
Politik
5 jam
KKB Kembali Eksekusi Warga
Utama
5 jam
Kabupaten Bungo Masuk Prolegnas Pemekaran Wilayah
Utama
5 jam
Aamiiin KAI
Disway
5 jam
Menuju Kopi Good Day DBL All-Star 2025, TOP 16 Coaches dan Peraih Wild Card Lengkapi Persaingan
Utama
5 jam
DLH Muarojambi Bakal Lapor ke Provinsi, Ada Stockpile di Tengah Pemukiman Warga
Utama
5 jam
Berita Terpopuler
Pemkab Anggarkan Rp 700 Juta, Untuk Asuransi Nelayan di Tanjab Timur
Jambi Timur
7 jam
Tanda-Tanda Perilaku Attention Seeking
Lifestyle
5 jam
Dukung Keselamatan Nyawa, Pemkot Jambi dan INASIA Cetak Sejarah Pelatihan BHD Terbesar se-Indonesia
Jambi City
7 jam
Persaingan Kopi Good Day DBL Camp 2025 Makin Memanas, Dari Ratusan Disaring Jadi Top 24 Campers
Jambi City
6 jam
Cara Melindungi Diri dari Kekerasan Seksual
Lifestyle
5 jam
Gol Kevin De Bruyne menangkan Manchester City
Sport
5 jam
Berita Pilihan
Pengamat Nilai 3 Parpol Cari Aman
Politik
4 jam
Pembahasan RUU Perampasan Aset Menunggu RKUHAP Rampung
Politik
4 jam
Bahlil Ingatkan Konsolidasi Pengurus Golkar
Politik
5 jam
Demokrat Sebut Generasi Muda Punya Peran Penting Sebagai Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
Politik
5 jam
SAH Doakan Nanda Saibah Saputri Lubis dan Andika Saputra Saat Menghadiri Tradisi Mangupa-upa
Politik
5 jam