Pemilihan Paus Dilaksanakan 2 Minggu Lagi

Paus Fransiskus dan Peter Turkson (kanan) selama Pertemuan Dunia Gerakan Populer di Vatikan pada 5 November 2016.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j

JAKARTA - Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menjelaskan bahwa pemilihan Paus baru akan dilaksanakan 15 hari setelah Paus sebelumnya wafat. 

Pimpinan tertinggi Umat Katolik di Dunia, Paus Fransiscus wafat pada Senin, 21 April 2025 pukul 07.45 waktu Vatikan. 

Untuk mengisi kekosongan jabatan ini, para Kardinal di seluruh dunia akan melaksanakan konklaf.

"Pemilihan paus yang baru itu mesti dilaksanakan 15 hari sesudah paus meninggal," ujar Kardinal Suharyo dalam konferensi pers mengenai wafatnya Paus Frasiscus di Graha Pemuda, Katedral, Jakarta Pusat pada Senin, 21 April 2025. 

BACA JUGA:Matahari Kembar

BACA JUGA:16 Kosmetik Dinyatakan Berbahaya

Kardinal Suharyo menjelaskan bahwa ia sendiri belum pernah mengikuti konklaf. Peserta konklaf merupakan kardinal dibawah usia 80 tahun. Semua yang ikut konklaf punya hak dipilih dan memilih. 

"Hanya begini, yang ikut Konklaf itu adalah Kandinal yang usianya di bawah 80 tahun. Yang sudah lebih 80 tahun tidak ikut Konklaf. Semua yang ada di dalam Konklaf itu mempunyai hak memilih dan hak dipilih," tuturnya.

Dalam pemilihan Paus ini juga tidak ada kampanye, Surharyo menjelaskan bahwa para Kardinal nantinya memiliki kesempatan untuk berbicara mengenai masa depan Gereja Katolik.

"Saya dengar, masing-masing nanti diberi kesempatan untuk berbicara mengenai masa depan gereja katolik macam apa yang akan dibangun bersama-sama dan akan dipimpin oleh paus yang akan terpilih," jelas Uskup Agung. 

Dalam kesempatan itu nantinya, kata Suharyo, yang akan terpilih menjadi Paus memiliki gambaran seperti apa Gereja yang diharapkan kedepannya.

"Tidak ada rebutan kekuasaan, tidak ada suap-menyuap di situ, pasti. Semuanya kita percaya, umat Katolik percaya bahwa ini semua dalam bimbingan roh kudus," imbuhnya.

Uskup Suharyo menjelaskan nantinya akan ada Roh Kudus yang membimbing para Kardinal dalam berdiskusi hingga pemungutan suara tersebut.

"Ini bukan pemungutan suara seperti pemilihan umum, tetapi itulah salah satu bentuk ketika roh kudus berkarya menunjukkan jalan sampai nanti akhirnya terpilih pimpinan Gereja Katolik yang diharapkan mampu untuk memimpin gereja dengan sumbangan pikiran yang dikumpulkan dari para peserta Konklaf," pungkasnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan