APMI Dorong Pemerintah Jadikan Industri Musik Prioritas Strategis

Ilustrasi-Penonton berdiri sambil bertepuk tangan saat menonton konser. -IST/Jambi Independent-Jambi Independent
JAKARTA – Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Dino Hamid, menyampaikan harapan besar agar pemerintah menjadikan industri pertunjukan musik sebagai sektor prioritas strategis nasional. Menurutnya, industri ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi memiliki dampak ekonomi yang luas dan potensial menjadi pendorong utama pariwisata Indonesia.
Dino menyoroti pentingnya keseriusan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan industri musik tanah air. Ia membandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Thailand, yang telah lebih dulu mengintegrasikan sektor musik ke dalam strategi ekonomi dan pariwisata mereka.
"Di sana, event musik sudah jadi prioritas nasional. Pemerintah benar-benar hadir dan melihat konser sebagai alat strategis untuk menarik wisatawan dan menggerakkan ekonomi. Kita berharap Indonesia bisa mengarah ke sana," ujarnya.
Dino mencontohkan beberapa tantangan yang masih dihadapi promotor musik di Indonesia, seperti pemindahan lokasi konser Ed Sheeran dari Gelora Bung Karno (GBK) ke Jakarta International Stadium (JIS), dan konser Day6 yang juga mengalami kendala serupa.
BACA JUGA:Ghea Indrawari Rilis Singel Lagu, OST Film ''Dendam Malam Kelam''
BACA JUGA:Investor Luar Negeri Tertarik Proyek Giant Sea Wall
"Jika industri ini dianggap penting, maka perencanaan dan dukungan infrastruktur dari pemerintah seharusnya ada sejak awal. Pemindahan venue di menit-menit terakhir bisa dicegah," tegasnya.
Menurut Dino, dampak ekonomi dari sebuah konser besar sangat luas. Tidak hanya menguntungkan promotor dan artis, tetapi juga pelaku usaha mikro seperti pedagang kaki lima, pengemudi ojek daring, penyedia penginapan, hingga media dan UMKM lokal. Selain itu, kontribusi dari sektor pajak juga tidak bisa diabaikan.
Saat ini, Dino mencatat hanya dua venue besar yang bisa digunakan untuk konser artis internasional kelas dunia, yakni GBK dan JIS. Ia menekankan bahwa keterbatasan infrastruktur menjadi hambatan bagi Indonesia untuk bersaing di tingkat Asia.
"Kalau artis tier 1 datang, kita cuma punya dua pilihan venue. Fasilitas yang memadai adalah kunci jika kita ingin menjadi destinasi konser utama di kawasan," jelasnya.
Melalui APMI, Dino berharap akan terjalin kesamaan visi antara pelaku industri dan pemerintah, guna mendorong Indonesia menjadi salah satu pusat pertunjukan musik terbesar di Asia.
"Industri ini punya kekuatan besar, bukan hanya dalam hiburan tapi juga dalam pembangunan ekonomi kreatif nasional. Kami berharap pemerintah bisa menjadi mitra strategis yang aktif," pungkasnya. (*)