Antara Butuh dan Penasaran, Menonton Review Barang yang Tidak Diperlukan

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent

Komentar penonton, pembahasan fitur, hingga saran dari reviewer membangun ruang diskusi yang memperkuat identitas kelompok.

Menurut studi dari Journal of Consumer Research, konten digital termasuk video ulasan barang atau produk, menciptakan ilusi hubungan sosial antara pembuat konten dan penonton.

Hal ini berpengaruh pada cara penonton merasakan kenyamanan emosional dan bahkan dapat memengaruhi perilaku konsumsi mereka.

Ketika penonton merasa memiliki kedekatan emosional atau sosial dengan pembuat konten, mereka cenderung merasa lebih nyaman dan lebih percaya pada informasi yang disampaikan dalam video tersebut, meskipun mereka mungkin tidak membutuhkan barang atau produk yang sedang diulas.

Penelitian ini juga membuktikan bahwa keterlibatan emosional yang terjadi dalam konsumsi konten dapat mendorong pembentukan koneksi sosial virtual.

Penonton merasa terhubung dengan reviewer, yang sering kali berbagi pengalaman pribadi atau sudut pandang yang relatable, meskipun secara fisik mereka tidak berinteraksi.

Namun, fenomena ini juga memperlihatkan bagaimana algoritma dan budaya konsumsi memengaruhi pola pikir kita. Banyak konten ulasan dikemas sangat menarik dan “relevan secara emosional” meskipun tidak sesuai kebutuhan riil.

Hal ini berakar dari ekonomi perhatian, di mana waktu dan fokus pengguna menjadi komoditas utama. Algoritma platform secara canggih menyaring konten yang berpotensi membuat pengguna bertahan lebih lama, termasuk video barang-barang yang sebenarnya tidak mereka perlukan.

Dari sini muncul istilah “pseudo-need” atau kebutuhan semu. Menonton review bisa memicu keinginan membeli sesuatu hanya karena eksposur berulang, bukan karena urgensi.

Namun, bukan berarti menonton review selalu berdampak negatif. Jika disadari dan disikapi secara bijak, aktivitas ini bisa menjadi sarana belajar, hiburan, atau referensi jangka panjang.

Menonton tanpa membeli bisa menjadi bentuk konsumsi informasi yang cerdas, selama kita tetap mengingat batas antara keinginan dan kebutuhan.

Di balik aktivitas menonton review barang yang tidak kita perlukan, tersembunyi kompleksitas psikologis, algoritma platform, dan dinamika sosial.

Kita bukan sekadar penonton pasif, tetapi individu yang terus mencari makna, koneksi, dan rasa puas dalam bentuk yang kadang tidak terduga. Mungkin kita tidak butuh barangnya, tapi kita butuh sensasi terhubung, tahu lebih banyak, dan merasa jadi bagian dari sesuatu. (*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan