Pola Konsumsi Boros, Membiarkan Alat Elektronik Menyala

-Ist/jambi independent -Jambi Independent

Di era digital saat ini, alat elektronik menjadi bagian dari kebutuhan sehari-hari yang sulit dipisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari televisi,  komputer, hingga pendingin ruangan. 

Namun, berbagai perangkat ini sering kali dibiarkan menyala tanpa benar-benar digunakan bahkan menggunakan perangkat lain. Fenomena ini seolah menjadi kebiasaan baru. 

Tanpa sadar mencerminkan pola konsumsi masyarakat yang semakin permisif terhadap penggunaan energi. Kebiasaan membiarkan perangkat elektronik tetap dalam kondisi aktif sebenarnya bukan hanya soal efisiensi waktu atau kenyamanan. 

Ada kecenderungan lain yang terselip, yaitu sikap konsumtif yang tidak lagi mempertimbangkan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan maupun terhadap pengeluaran energi rumah tangga. 

Hal ini diperparah dengan kemudahan akses terhadap listrik yang membuat sebagian orang menganggap sepele kebiasaan tersebut. Dalam kacamata gaya hidup, perilaku seperti ini sering kali diasosiasikan dengan kepraktisan atau gaya hidup instan. 

BACA JUGA:Bupati BBS Pimpin Upacara Hari Kebangkitan Nasional

BACA JUGA:Taklukkan Jalan Lebih Mudah dengan Honda Supra GTR150

Orang cenderung membiarkan perangkat menyala dengan alasan akan segera digunakan kembali, padahal bisa saja jeda waktu penggunaan cukup lama sehingga kegiatan ini termasuk dari bagian pemborosan energi. 

Hal ini menunjukkan adanya perubahan pandangan terhadap energi yang tidak lagi dianggap sebagai sumber daya yang harus dihemat, namun sebagai sesuatu yang bisa digunakan tanpa batas dan tanpa memikirkan efeknya. 

Selain itu, perkembangan teknologi yang semakin canggih juga berkontribusi dalam membentuk pola konsumsi seperti ini. Perangkat masa kini dirancang dengan mode standby yang membuatnya tidak benar-benar mati. 

Hal ini menimbulkan ilusi hemat energi, padahal perangkat dalam kondisi standby tetap mengkonsumsi daya listrik dalam jumlah tertentu. Akibatnya, masyarakat menjadi kurang sadar bahwa energi akan tetap terbuang sia-sia. 

Kebutuhan untuk selalu terhubung atau merasa siap siaga dengan perangkat yang langsung aktif saat dibutuhkan, mendorong orang untuk terus membiarkan alat menyala yang pada akhirnya, pola konsumsi semacam ini memupuk gaya hidup yang serbacepat. 

Tapi sayang abai terhadap konsekuensi terhadap sesuatu. Banyak masyarakat yang belum memahami bahwa tindakan kecil seperti mematikan perangkat setelah digunakan bisa berdampak besar terhadap pengurangan konsumsi listrik secara global. 

Kesadaran ini sering kali kalah oleh keinginan praktis seseorang yang bersifat jangka pendek. Dari sisi psikologis, kebiasaan membiarkan  alat menyala juga erat kaitannya dengan rasa aman atau ketakutan akan ketidaktersediaan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan