Tanda-Tanda Seorang Termasuk High Maintenance

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j
Istilah high maintenance sering muncul di dunia percintaan, pop culture, sampai obrolan di media sosial. Tapi sebenarnya, apa sih maknanya? Dan bagaimana kita bisa mengenali seseorang yang punya kecenderungan high maintenance tanpa buru-buru memberi label negatif?
Yang perlu digarisbawahi: menjadi high maintenance tidak selalu berarti buruk. Dalam banyak kasus, justru menandakan bahwa seseorang punya standar dan tahu apa yang ia mau. Tapi memang, tak semua orang cocok berinteraksi, apalagi menjalin hubungan romantis, dengan tipe kepribadian seperti ini.
Apa Itu High Maintenance?
Sederhananya, high maintenance menggambarkan seseorang yang membutuhkan lebih banyak perhatian, waktu, atau usaha dari orang di sekitarnya. Mereka cenderung detail, punya ekspektasi tinggi, dan sulit berkompromi jika segala sesuatunya tak berjalan sesuai rencana.
BACA JUGA:Manfaat Kombucha untuk Tubuh
BACA JUGA:80 Ribu Kopdes Merah Putih Beroperasi Penuh Desember
Ciri ini bisa muncul di berbagai aspek:
• Penampilan dan gaya hidup
• Hubungan interpersonal
• Pilihan sehari-hari yang tampak “ribet” bagi orang lain
• Preferensi yang sangat spesifik
Berbeda dengan high standards, yang lebih berfokus pada prinsip dan batasan yang sehat, high maintenance seringkali menuntut effort ekstra dari lingkungan, bahkan dalam hal-hal kecil.
Tanda-Tanda Seorang Termasuk High Maintenance
Setiap orang punya kebiasaan dan standar masing-masing, tapi jika hal-hal kecil jadi terlalu rumit atau menuntut perhatian berlebih, bisa jadi Anda sedang berhadapan dengan seseorang yang tergolong high maintenance. Berikut beberapa tanda yang umum ditemukan.
1. Selalu Ingin Diperhatikan
Individu high maintenance biasanya membutuhkan banyak perhatian. Misalnya, ia bisa kesal jika pesan tak dibalas dalam beberapa jam, atau merasa kecewa jika pasangan memilih hang out dengan teman ketimbang dengannya.
Namun, di balik itu, bisa jadi ia sangat setia dan benar-benar menghargai kedekatan emosional.
2. Merasa Layak Mendapat Perlakuan Istimewa
Ia punya ekspektasi tinggi terhadap cara dunia memperlakukannya. Contoh kecil: ia merasa wajar saja tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan, atau berharap selalu dapat perlakuan khusus dari orang lain.
Sisi positifnya? Ia juga cenderung tidak akan membiarkan Anda diperlakukan dengan buruk, dan bisa bersikap tegas ketika diperlukan.
3. Sangat Spesifik dan Perfeksionis
Segalanya harus sesuai standar pribadi. Pesanan kopi bisa sangat detail, atau cara berpakaian harus matching dari ujung kepala hingga kaki.
Jika Anda tipe yang sering bingung memilih, sosok seperti ini justru bisa membantu ambil keputusan.
4. Sulit Beradaptasi Saat Rencana Berubah
a ingin semuanya berjalan sesuai rencana. Kalau ada yang mundur dari jadwal, atau restoran pilihan Anda tidak sesuai selera, ia bisa langsung kecewa.
Untuk pasangan yang cenderung fleksibel atau go with the flow, ini bisa menjadi tantangan tersendiri.
5. Sering Mengeluh
Standar yang tinggi membuatnya gampang kecewa. Alhasil, ia lebih sering menyuarakan ketidakpuasan, baik tentang pelayanan, cuaca, atau bahkan hal kecil seperti parkiran yang terlalu jauh.
Namun, di sisi lain, ia juga peka terhadap kebutuhan Anda dan siap mendengarkan saat Anda butuh curhat.
6. Sulit Mengakui Kesalahan
Mengakui kesalahan bisa jadi PR besar. Ia mungkin lebih mudah menyalahkan orang lain atau situasi, daripada mengevaluasi dirinya sendiri. Ini sering membuatnya sulit minta maaf dan cenderung menyimpan dendam lebih lama.
7. Memiliki Ekspektasi Tinggi (Kadang Tidak Realistis)
Ia percaya bahwa segala hal harus berjalan seperti keinginannya. Jika kenyataan tidak sejalan dengan harapannya, ia bisa sangat kecewa. Namun, sikap optimis ini juga bisa menular dan memotivasi orang lain di sekitarnya.
8. Anda Merasa Selalu Sibuk Karena Dia
Kalau Anda merasa “capek” menjalani hubungan dengannya, itu bukan perasaan yang muncul begitu saja.
Memang, sosok high maintenance membutuhkan banyak usaha. Tapi, jika Anda menyukai tantangan dan terinspirasi oleh pasangan yang punya visi jelas, ini bisa jadi hubungan yang memuaskan.
Apakah Menjadi High Maintenance Itu Salah?
Tidak juga. Banyak individu high maintenance yang sebenarnya punya self-worth tinggi, peduli pada diri sendiri, dan tahu apa yang pantas ia dapatkan.
Masalahnya baru muncul jika ekspektasi itu tidak diiringi kemampuan berkompromi dan empati terhadap orang lain. Komunikasi dan rasa saling menghargai tetap kunci utama.
Label high maintenance bukanlah cap mutlak yang menentukan baik buruknya seseorang. Banyak dari sifat-sifat ini muncul karena seseorang punya standar tinggi terhadap hidup dan dirinya sendiri, dan itu tidak selalu negatif. Yang terpenting adalah bagaimana sikap tersebut berdampak pada hubungan dan interaksi dengan orang lain.
Kalau Anda merasa pasangan atau seseorang di sekitar Anda termasuk high maintenance, pertanyaannya bukan sekadar “bisakah saya tahan?”, tapi lebih pada “bisakah kami saling memahami dan berkompromi?”
Karena, jujur saja kita semua punya sisi high maintenance-nya masing-masing. (*)