Matahari di Garis Khatulistiwa, Kemarau di Jambi Terasa Lebih Menyengat

CUACA: BMKG Provinsi Jambi menyatakan mudim kemarau di Jambi terasa lebih menyengat lantaran posisi matahari berada di garis katulistiwa-DOK/Jambi Independent-Jambi Independent j
JAMBI- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jambi memprediksi bahwa kondisi cuaca di Jambi akan tetap berada dalam fase musim kemarau hingga enam bulan ke depan.
Ketua Tim Bidang Data dan Informasi BMKG Provinsi Jambi, Nabilatul Fikroh, menjelaskan bahwa meskipun saat ini wilayah Jambi masih dalam fase musim kemarau, potensi hujan tetap ada dalam beberapa hari ke depan.
"Untuk satu minggu kedepan, hujannya itu tetap ada, walaupun kita masih dalam fase musim kemarau," kata Nabilatul, Senin (14/7).
Ia menambahkan, meskipun curah hujan tidak terlalu signifikan, akan tetapi masyarakat tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang bisa saja terjadi secara mendadak.
BACA JUGA:Pernah Jadi Duta Inklusi Keuangan OJK, Nestapa Misri pada Kasus Kematian Brigadir Nurhadi
BACA JUGA:Pesan dari Lautaro Martinez
"Hujannya berpotensi terjadi pada tanggal 14 Juli, 16, dan 20 Juli," katanya.
Menurutnya, potensi hujan tersebut berasal dari adanya gangguan atmosfer skala lokal dan regional, yang dapat memicu pembentukan awan hujan meskipun berada di musim kemarau.
"Hujan di tanggal 14 Juli, potensinya hampir merata di seluruh Provinsi Jambi. Namun untuk intensitasnya sendiri hanya ringan saja," tambahnya.
Meskipun di musim kemarau tersebut terdapat potensi hujan, akan tetapi suhu di Provinsi Jambi masih dalam kondisi panas. Hal ini disebabkan oleh adanya fenomena gerak semu matahari yang menyebabkan suhu di Jambi terasa lebih hangat dari biasanya.
“Nah, itu pengaruh yang kita rasakan, karena saat ini musim kemarau dan matahari juga dekat, jadi kita akan merasakan panas yang cukup signifikan,” jelasnya.
Ia menjelaskan, fenomena gerak semu matahari adalah pergerakan semu tahunan matahari yang mengakibatkan posisi matahari seolah-olah bergeser ke utara dan selatan garis khatulistiwa sepanjang tahun.
Adapun, posisi matahari berada dekat dengan khatulistiwa tersebut menyebabkan wilayah provinsi Jambi akan menerima pancaran cahaya matahari yang lebih intens, sehingga suhu pun terasa lebih panas.
“Nah, di Jambi ini kan salah satu wilayah yang dekat khatulistiwa. Agustus, September itu dia kan berada di garis khatulistiwa, sekarang ini bulan Juli, jadi dia sudah mendekati garis khatulistiwa,” katanya.
Sementara, dampak dari fenomena tersebut, masyarakat akan merasakan suhu yang lebih menyengat terutama pada siang hari, hingga minimnya tutupan awan selama musim kemarau memperkuat efek panas tersebut.
“Kan awannya tidak ada nih, kalau musim kemarau kan tidak ada awan yang menutupi. Mataharinya dekat di garis khatulistiwa, nah itu yang menyebabkan kita merasakan panas yang kuat dan ditambah dengan teriknya juga,” bebernya.
Dengan adanya jarak matahari yang sangat dekat di garis khatulistiwa yang terjadi di saat musim kemarau ini dapat menyebabkan terik dan suhu panas menjadi sangat kuat.
“Panas yang kita rasakan itu karena musim kemarau, jadi tidak ada awan yang terbentuk dikarenakan kelembabannya yang kurang serta uap air yang tidak terlalu banyak, sehingga tidak terbentuknya awan yang biasanya menutupi langit-langit,” bebernya.
“Tapi kalau untuk pengukuran suhunya sendiri masih dalam fase normal. Untuk angka suhu maksimalnya itu di angka 33 dan juga 34 derajat Celcius. Jadi itu masih belum masuk ke dalam kategori ekstrim untuk suhu yang kita amati di Provinsi Jambi,” tambahnya.
Adapun puncak dari fenomena gerak semu matahari tersebut diprediksi akan terjadi pada tanggal 23 September 2025, saat matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Setelah itu, posisi semu matahari akan terus bergerak ke arah selatan.
“Akan bergerak ke arah selatan dari Indonesia. Itu pada maksimalnya di 22 Desember 2025, dan akan kembali ke khatulistiwa lagi di Maret 2026 mendatang,” jelas Nabilatul. (cr01/enn)