Masih Tunggu Hasil Labfor, Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Kemlu

PENYELIDIKAN: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memberikan pernyataan mengenai kasus kematian Diplomat Kemlu.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j
JAKARTA – Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan keterangan resmi terkait penyelidikan kematian seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), yang ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar kos di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kasus tersebut saat ini tengah ditangani oleh Polda Metro Jaya.
Dalam pernyataannya, Kamis (17/7), Kapolri menyebutkan bahwa proses penyelidikan masih dalam tahap pendalaman, dengan fokus utama pada hasil laboratorium forensik (Labfor).
“Masih dilakukan pendalaman, menunggu hasil-hasil dari laboratorium forensik,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa penyidikan dilakukan secara menyeluruh dan berbasis pendekatan ilmiah guna menjamin akurasi kesimpulan akhir yang akan diambil.
BACA JUGA:Bisikan Prabowo
BACA JUGA:KPK Sita Hasil Produksi Sawit Sebesar Rp 3 M
“Penelitian dilakukan secara mendalam supaya kemudian nanti pada saat diputuskan merupakan kesimpulan berdasarkan scientific crime investigation,” tegasnya.
Kapolri juga menyampaikan bahwa jajaran Polda Metro Jaya tengah bekerja ekstra keras dalam menangani kasus ini. Ia berharap hasil penyelidikan, terutama dari laboratorium forensik, bisa segera keluar agar publik mendapatkan kejelasan.
“Saya kira anak buah saat ini, khususnya Polda Metro, sedang bekerja keras dan mudah-mudahan hasilnya bisa segera keluar,” ungkapnya.
Sementara itu, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) juga menyatakan akan ikut turun langsung melakukan pendalaman terhadap kasus ini. Komisioner Kompolnas Chairul Anam mengungkapkan bahwa timnya telah menerima laporan awal dan siap melakukan penelusuran lebih lanjut untuk memastikan penyebab kematian korban.
“Yang pertama adalah kami akan cek penyebab kematiannya,” katanya.
Anam menegaskan, meskipun muncul banyak spekulasi di publik termasuk dugaan bunuh diri, pihaknya belum dapat menyimpulkan apapun tanpa pemeriksaan menyeluruh. Salah satu fokus utama Kompolnas adalah alat komunikasi korban, khususnya telepon genggam (HP) yang dilaporkan sempat tidak dapat dihubungi oleh keluarga.
“HP itu jadi sesuatu yang sangat signifikan. Karena ketika keluarganya gak bisa hubungi, lalu minta orang lain ngecek ke lokasi, itu kan sudah mencurigakan. Apakah HP-nya hilang, dipegang siapa, itu yang akan kami telusuri,” jelas Anam.
Selain itu, pihaknya juga menyoroti rekam jejak pribadi korban, termasuk kemungkinan adanya riwayat depresi atau tekanan mental.