Faktor yang Memicu Fenomena Marriage Anxiety

-IST/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent

Pernikahan kerap dipandang sebagai simbol kedewasaan dan awal kehidupan “sesungguhnya.” Dulu, menikah di usia awal 20-an adalah hal yang dianggap wajar, bahkan menjadi salah satu pencapaian hidup yang diharapkan oleh keluarga maupun masyarakat.

Namun, pemandangan itu kini mulai bergeser. Semakin banyak anak muda memilih untuk menunda, atau bahkan tidak menempatkan pernikahan sebagai prioritas utama dalam hidup.

Pergeseran ini bukan sekadar soal pilihan pribadi, tetapi juga mencerminkan perubahan cara pandang generasi terhadap komitmen, karier, kebebasan, dan kualitas hidup.

Dari sinilah muncul istilah marriage anxiety, sesuatu yang dulu dianggap sebagai fase alami dalam hidup, tetapi kini justru dipertanyakan relevansinya. 

BACA JUGA:Perawatan Tepat untuk Rambut Lebih Indah

BACA JUGA:4 Tips Ampuh Membakar Lemak Tubuh Secara Alami

Marriage anxiety sendiri merujuk pada perasaan cemas, ragu, atau takut yang muncul ketika memikirkan pernikahan—baik terkait prosesnya, kehidupan setelahnya, maupun konsekuensi jangka panjang yang dibawanya. 

Berbeda dengan sekadar “belum siap menikah” yang biasanya bersifat sementara, marriage anxiety cenderung melibatkan pergulatan batin yang lebih dalam dan kompleks.

Fenomena ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari pengalaman pribadi yang kurang menyenangkan, tekanan sosial, hingga pertimbangan ekonomi yang membuat pernikahan terasa sebagai beban besar. 

Bagi sebagian anak muda, kecemasan ini bukan sekadar soal menunda waktu, melainkan mempertanyakan apakah pernikahan memang pilihan yang tepat bagi mereka di tengah perubahan nilai dan gaya hidup zaman sekarang.

Dari sini muncul berbagai faktor yang memicu marriage anxiety pada generasi muda, bahkan faktor-faktor tersebut  saling berkaitan.

1. Ekonomi dan Karier

Bagi banyak orang, menikah bukan hanya soal cinta, tetapi juga soal kesiapan finansial. Biaya pernikahan yang terus meningkat, ditambah tuntutan untuk memiliki hunian, tabungan, dan kestabilan penghasilan, membuat banyak anak muda memilih memprioritaskan karier terlebih dahulu. 

Dalam pandangan mereka, membangun pondasi ekonomi yang kuat dianggap lebih penting daripada terburu-buru membangun rumah tangga.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan