“Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih”: Film Komedi-Romantis yang Bedah Dilema Talak Tiga

Aktor film "Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" Ibrahim Risyad, Tissa Biani, dan Kevin Ardilova saat konferensi pers di bioskop kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan-ANTARA/Abdu Faisal-
BACA JUGA:Pertamina Pastikan Kualitas BBM dan LPG Aman di Jambi dan Wilayah Sumbagsel
Didukung juga oleh aktor senior seperti Cut Mini dan Dewi Gita, film ini memperkaya dinamika ceritanya.
Tissa Biani sebagai pemeran pendukung menampilkan nuansa khas budaya Sunda, walau sempat mengakui tantangan bahasa sebagai salah satu hambatan tersulit.
Meski belum sempurna, karakter-karakter khas Sunda seperti darehdeh, daria, nyecep, dan ngajenan tetap terasa melalui perannya.
Musik dan Kutipan Menjadi Sorotan
BACA JUGA:Tragis! Bayi 1 Minggu Tewas Dihabisi Pria Mabuk
BACA JUGA:Rupiah Menguat, Dipengaruhi Kebijakan Imigrasi Donald Trump dan Sentimen The Fed
Salah satu aspek yang memperkuat film ini adalah musik latar yang menghadirkan nuansa nostalgia. Grup Deredia dipercaya membawakan lagu-lagu bertema retro seperti "Malam Bergelora" dan "Fantasi Bunga", yang menambah kedalaman suasana.
Lagu-lagu ini dipilih sejak awal produksi, menandakan bahwa musik bukan sekadar hiasan, tetapi bagian dari struktur narasi.
Dengan gaya khas era 1950-an, Deredia membuktikan bahwa musik otentik masih relevan di era modern dan bisa menjadi elemen penting dalam film.
Selain itu, film ini juga menyisipkan berbagai kutipan bijak yang mencerminkan ironi dan kebijaksanaan hidup. Jika film seperti Dilan 1990 dikenal dengan kata-kata romantis, film ini lebih fokus pada refleksi dan nasihat.
BACA JUGA:Peran “Juru Simpan” dalam Skema Penyelewengan Kuota Haji
BACA JUGA:Pemkot Dukung Rencana Pembentukan Polres Sungai Penuh
Salah satu kutipan yang kuat menyatakan: “Botol yang sudah pecah, meskipun direkatkan, tetap akan memiliki retak.” Ini menggambarkan bahwa luka dalam hubungan yang pernah rusak tak sepenuhnya bisa dihapus.
"Dilanjutkan Salah, Disudahi Perih" adalah film yang menawarkan lebih dari sekadar hiburan. Ia mengajak penonton tertawa, menangis, dan merenungkan kembali arti komitmen dalam sebuah hubungan.
Keberanian mengangkat tema berat seperti talak tiga ke dalam bingkai komedi romantis membuktikan kreativitas dan kecermatan tim produksi.
Melalui paduan akting kuat, musik yang menyentuh, serta naskah yang penuh makna, film ini berhasil menjadi cermin realitas bagi banyak pasangan di luar sana – bahwa cinta, komitmen, dan keputusan dalam pernikahan bukanlah hal yang sepele. (*)