Proyek Raksasa Rp70 Triliun di AS Berhenti
-Ist/Jambi Independent -Jambi Independent
Kontradiksi ini terlihat jelas: Trump mendorong Hyundai dan LG bangun pabrik di AS lewat tarif impor tinggi untuk kurangi ketergantungan China, tapi razia justru usir pekerja spesialis yang esensial karena kekurangan tenaga ahli lokal.
Menteri Perdagangan Korea Yeo Han Koo menyatakan kekhawatiran investasi, sementara perusahaan seperti Woowon Technology beri cuti berbayar pada insinyur mereka yang kini "sembunyi di hotel" karena takut razia lagi.
Seoul bahkan tuntut penyelidikan hak asasi manusia atas perlakuan kasar, termasuk toilet detensi tanpa privasi.
Sementara Gedung Putih buru-buru sewa ruang kantor tambahan untuk ribuan agen ICE guna dukung gelombang deportasi, para pemimpin bisnis AS seperti dari sektor otomotif mendesak Trump "balik halaman" kebijakan ini agar tak rusak citra AS sebagai tujuan investasi.
Trump sendiri bantah ingin "takuti investor asing", tapi pakar ekonomi memperingatkan bahwa jika tak ada perubahan, maka arus investasi Korea yang capai puluhan miliar bisa lari ke negara lain.
Pertemuan Menteri Luar Negeri Korea dengan pejabat AS minggu ini diharapkan bawa solusi visa baru, tapi bagi Trump, insiden ini jadi pelajaran mahal bahwa deportasi massal tak boleh korbankan mimpi "America First" yang bergantung pada tangan asing.(*)