Surat Kuasa (6)

Musri Nauli --

Setelah diuraiakan panjang Lebar mengenai surat kuasa, maka ada beberapa point yang menjadi perhatian didalam surat kuasa Khusus, 

Pertama. Terhadap orang yang berperkara yang kemudian bertindak sebagai Wakil atau penerima kuasa maka harus menyerahkan surat kuasa khusus. Yurisprudensi Mahkamah Agung No.296K/Sip/1970 menyebutkan “Seseorang yang akan bertindak sebagai wakil/kuasa dari salah satu pihak dalam proses gugatan perdata di Pengadilan Negeri/Badan Peradilan, maka wakil/Kuasa tersebut wajib menyerahkan Surat Kuasa yang bersifat Khusus sebagaimana yang ditentukan dalam pasal 123 H.I.R, bila tidak, maka gugatan perdata yang diajukannya ke Pengadilan dinyatakan “tidak dapat diterima”. 

Kedua. Apabila didalam surat kuasa khusus dicantumkan mencakup pemeriksaan di tingkat banding maupun kasasi, maka surat kuasa khusus tetap berlaku sah. Dan tidak diperlukan lagi surat kuasa khusus yang baru (Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1994). 

Bahkan didalam Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor No.202/K/Sip/1953 menyebutkan “ Meskipun di dalam “Surat Kuasa” yang diterima oleh Penggugat didalamnya tidak secara tegas dicantumkan pemberian kuasa untuk mohon pemeriksaan banding ke Pengadian Tinggi namun oleh karena didalam “Surat Kuasa” dari Penggugat tersebut berisikan “penguasaan menggunakan segala upaya hukum”, atau “het zich bedienen van aile rechtsmiddelen”, maka rumusan kalimat ini telah mengandung juga pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi. 

BACA JUGA:Hak Sosial-Politik dalam Demokrasi Indonesia: Kebebasan dan Pembatasan

BACA JUGA:Budidaya Kerang Sempat Alami Kegagalan

Ketiga. Surat Kuasa Khusus harus mencantumkan dengan jelas dan terperinci mengenai kuasa yang berperkara dengan menyebutkan pihak-pihak yang berperkara didalam gugatan TUN. Dan termasuk juga di tiap tingkatan. 

Didalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 288 K/Pdt/1986 juga menegaskan “Surat kuasa khusus yang tidak menyebutkan objek gugatan menyebabkan surat kuasa tidak sah. 

Keempat. Didalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.755 K/Sip/1970 menyebutkan ““Surat Kuasa” yang didalamnya tidak dicantumkan kata “hak substitusi”, kuasa ini hanya berlaku bagi orang yang diberi kuasa tersebut dan “Kuasa” tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. 

Kelima. Surat Kuasa Khusus masih berlaku dan tidak dicabut apabila tidak dicabut oleh pemberi kuasa. Yurisprudensi Mahkamah Agung No.539K/Sip/1971 menegaskan Selama “Surat Kuasa” masih belum/tidak dicabut oleh “Pemberi Kuasa”, maka kedua belah pihak Pemberi dan Penerima Kuasa, masih terikat pada “Perjanjian Pemberian Kuasa” seperti yang diatur didalam peraturan perundang-undangan.

BACA JUGA:Evaluasi Sistem Demokrasi Cegah Lahirnya Pemimpin Tak Baik

BACA JUGA:Pj Bupati Mauro Jambi Kukuhkan 149 Kades Perpanjangan Masa Jabatan 

Advokat. Tinggal di Jambi

Tag
Share