Rahasia Haniyeh
Dahlan iskan--
Heran. Dari mana Israel dapat info begitu akurat: bahwa malam itu, Rabu dini hari lalu, Ismael Haniyeh tidur di situ? Padahal pemimpin Hamas Palestina itu lagi berada nun jauh di Iran. Di ibu kotanya yang besar, di Tehran.
Heran. Begitu tepat senjata Israel menyasar kamar di salah satu bangunan rahasia milik Tentara Revolusi Iran. Haniyeh, 62 tahun, langsung tewas. Demikian juga pengawalnya.
Betapa malu Iran. Tamu VVIP-nya dibunuh di negara tuan rumah. Bukan Haniyeh yang ingin datang ke Iran. Iran sendiri yang mengundang Haniyeh: untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.
Malam setelah pelantikan itu Haniyeh kembali ke kamar yang sama dengan malam-malam sebelumnya. Jadi Israel memang punya waktu tiga hari untuk mengindera di mana Haniyeh tinggal di Teheran.
BACA JUGA:Tim SAR Gunakan 3 Metode, Cari Korban Tenggelam di Sungai Batanghari
BACA JUGA:Sumur Bor Program TMMD Sudah Mengeluarkan Air
Ketika Selasa pagi Haniyeh hadir di acara pelantikan presiden, Israel sudah mengincarnya. Pun ketika sehari sebelumnya Haniyeh bertemu presiden terpilih.
Coba tebak: penginderaan model apa yang dipakai Israel. Begitu akurat. Tidak mungkin Israel berhasil menanam chip di tubuh Haniyeh. Atau memang begitu tajamnya penginderaan satelit Israel: bisa mengikuti gerak Haniyeh ke mana pun. Termasuk di waktu malam --ketika dini hari itu sudah pasti Haniyeh di bangunan yang dirahasiakan itu.
Bangunan rahasia, di zaman ini, tidak lagi rahasia. Maka, mungkin, pendekatan keamanan untuk VVIP sudah harus diubah. Bukan lagi pada tingkat kerahasiaannya tempatnya, tapi pada tingkat kekuatan bangunannya.
Desain ruang tamu VVIP kelihatannya sudah harus dibuat seperti reaktor nuklir. Bukan hanya tahan tsunami atau tahan gempa besar, tapi juga harus tahan hantaman rudal terbesar.
BACA JUGA:Pj Bupati Raden Najmi Hadiri Rapat Pengembangan UMKM Nanas Di Desa Tangkit
BACA JUGA:Minta Orang Tua Kawal Tes Kesehatan
Waktu saya masih menjadi sesuatu dulu pernah punya tamu yang menawarkan reaktor nuklir.
Sang tamu dari Prancis. Saat itu bencana nuklir Fukushima masih hangat dibicarakan. "Reaktor kami terlindungi bangunan yang kuatnya luar biasa. Tidak runtuh kena rudal," katanya.