JAMBI - Ketua DPD HKTI Provinsi Jambi yang juga Anggota DPR RI Dr. Ir. H. A.R. Sutan Adil Hendra, MM (SAH) menanggapi serius trend kenaikan harga daging potong di pasaran menjelang hari raya Idul Adha tahun ini.
Menurut Anggota Fraksi Partai Gerindra DPR RI ini kenaikan atau lonjakan harga daging sapi atau kerbau sebenarnya bisa ditekan jika pemerintah berani melakukan operasi pasar tiga minggu hari jelang lebaran.
Hal ini ia sampaikan di Jambi menanggapi kenaikan harga daging dan harga pangan lainnya di Jambi jelang Hari Raya Idul Adha, Selasa (14 Mei 2024) kemarin.
"Kenaikan harga daging biasanya bukan dikarenakan kurang pasokan sapi atau hewan potong lainnya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis pasar dan permainan pemain besar di pasaran," katanya.
BACA JUGA:Dapat Antusias Masyarakat Gelaran Operasi Pasar di Kecamatan
BACA JUGA:Deri Mulyadi Diantar Ketua Adat Tigo Luhah Semurup
Sehingga untuk mengantisipasi kenaikan harga daging SAH meminta pemerintah untuk melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga di pasaran.
Menurutnya operasi pasar efektif dalam memberi keseimbangan harga di pasaran, karena masyarakat selaku konsumen memiliki pilihan untuk berbelanja daging dengan harga yang wajar selain membeli dengan pedagang.
Sedangkan dari sisi penjual atau pedagang, operasi pasar ini membuat berfikir dua kali untuk menaikan harga karena takut daging mereka tidak laku.
Untuk itu SAH yang lama menekuni profesi sebagai pengusaha perkebunan ini sangat mendorong pemerintah dan BUMN bisa melakukan operasi pasar dalam hal daging segar untuk masyarakat pada moment lebaran.
BACA JUGA:Juni Mendataang Mulai Dibuka PPDB di SMKN 1 Kota Jambi
BACA JUGA:90 Orang Ikut CAT Panwaslu Kecamatan
"Operasi pasar selain berfungsi menyeimbangkan supply dan demand, juga mempengaruhi psikologi pasar, yang membuat harga stabil pada posisi wajar terkendali," katanya.
Namun orang kepercayaan Prabowo Subianto ini mengingatkan, sebaiknya operasi pasar di lakukan secara terencana bagian dari program stabilisasi harga.
"Operasi pasar itu bagian dari program stabilisasi harga, jadi jangan operasi pasar dilakukan ketika harga sudah melonjak tinggi. Jika ini dilakukan, efek psikologinya kurang, bahkan konsumen tambah panik dan terpancing untuk memborong di atas kebutuhan mereka," tandasnya. (*)