JAMBIKORAN.COM - Presiden Iran Ebrahim Raisi dan beberapa pejabat negara tersebut dilaporkan tewas setelah helikopter yang mereka tumpangi jatuh di Provinsi Azerbaijan Timur, pada Minggu 19 Mei 2024.
Kecelakaan yang merenggut korban jiwa itu terjadi setelah Raisi dan rombongannya baru saja kembali dari upacara pembukaan bendungan baru di perbatasan Iran dengan Azerbaijan.
Menurut laporan dari Sri Lanka Guardian, selain Raisi, korban meninggal lainnya adalah Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian, Gubernur Provinsi Azarbaijan Timur Malek Rahmati, Imam Salat Jumat Tabriz Hojjatoleslam Al Hashem, serta beberapa pejabat lainnya.
Bagaimana sosok Presiden Iran Ebrahim Raisi? Berikut ini profilnya
Profil Ebrahim Raisi
Ebrahim Raisolsadati lahir pada 14 Desember 1960 dari keluarga ulama di distrik Noghan di Mashhad.
Ayahnya bernama Seyed Haji, meninggal ketika Raisi berusia 5 tahun.
BACA JUGA:Tidak Ada Korban Selamat dalam Kecelakaan Helikopter Presiden Rais
BACA JUGA:Pemerintah Indonesia Ikut Prihatin atas Kecelakaan Helikopter Presiden Iran
Secara leluhur, Raisi adalah salah satu Sayyid Husain ibn Ali (Hussaini) dan terhubung dengan Ali ibn Husayn Zayn al-Abidin Sayyid.
Raisi memulai studinya di Seminari Qom pada usia 15 tahun dan kemudian memutuskan untuk belajar di sekolah Navvab untuk waktu yang singkat.
Setelah itu, dia bersekolah di Ayatollah Sayyed Muhammad Mousavi Nezhad, tempat dia belajar sekaligus mengajar siswa lainnya.
Pada 1976, dia berangkat ke Qom untuk melanjutkan studi di Ayatollah Borujerdi. Raisi juga mewariskan "KharejeFeqh", merupakan Fiqh eksternal miliknya kepada Seyyed Ali Khamenei dan Mojtaba Tehrani.
Menurut Alex Vatanka dari Middle East Institute, kualifikasi agama yang tepat dari Raisi adalah masalah yang menyulitkan. Awalnya, dia menyebut dirinya sebagai "Ayatollah" di situs pribadinya, tetapi media kemudian mengungkap kurangnya pendidikan agama formal dan kredensialnya.
Setelah kritik ini, Raisi mengganti gelarnya menjadi hojat-ol-eslam, pangkat ulama di bawah Ayatollah. Namun, sebelum pemilihan presiden 2021, dia kembali menggunakan gelar Ayatollah.