JAMBIKORAN.COM - Sebanyak 120 jenazah warga Palestina ditemukan oleh kru kedaruratan dan tim pertahanan sipil setelah dua hari pasukan Israel meninggalkan kamp Jabalia di Jalur Gaza utara.
Ratusan jenazah tersebut ditemukan di jalan yang hancur dan di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di tengah pembersihan sampah dan puing-puing yang masih berlangsung.
Pada Jumat, 31 Mei, militer Israel mengumumkan berakhirnya serangannya di wilayah Jabalia setelah 20 hari.
Sejumlah pihak telah menyatakan bahwa Tel Aviv menyembunyikan angka korban yang akurat dalam serangan yang juga merenggut nyawa 10 tentara Israel itu.
BACA JUGA:Bagnaia dan Bastianini Raih Podium Teratas di MotoGP Italia
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengonfirmasi melalui Telegram bahwa serangan itu dilakukan pada Minggu, 26 Mei di daerah Tal as Sultan, di Rafah barat laut, "berdasarkan intelijen yang tepat" dan melenyapkan salah satu pemimpin Hamas.
“Sebuah pesawat IAF (Angkatan Udara Israel) dalam serangan berbasis intelijen IDF dan ISA (Badan Keamanan Israel), melenyapkan teroris Yassin Rabia, Komandan kepemimpinan Hamas di Yudea dan Samaria, serta Khaled Nagar, seorang senior resmi di sayap Hamas di Yudea dan Samaria,” ucap IDF.
Hampir 36.400 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel memulai serangannya hampir delapan bulan lalu. Mayoritas korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan tersebut juga menyebabkan hingga sebanyak 82.400 warga Palestina lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat. Sedangkan serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 menewaskan sekitar 1.200 orang.
BACA JUGA:Pembukaan ASG 2024, Indonesia Tampil Anggun dengan Seragam Batik
BACA JUGA:Aries Masuk Usia Nikah Nih, Yuk Cek Emosi dan Pesan Pribadi Buat Para Zodiak Hari Ini (Part 1)
Sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan Israel.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) yang keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang.(*)