Hal itu juga yang menyebabkan fenomena embun membeku di pegunungan, seperti Dieng, Semeru, dan lain-lain.
"Itu juga menjelaskan mengapa umumnya fenomena embun beku pegunungan terjadi di bulan Juli-Agustus hingga September," ujarnya.
Selain itu, penyebab cuaca dingin di sejumlah wilayah Indonesia juga bisa disebabkan oleh pelepasan energi panas permukaan yang besar. Di mana biasanya terjadi pada saat hari-hari cerah.
BACA JUGA:BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem saat Pemilu
BACA JUGA:Waspada, BMKG Sebut Curah Hujan Masih Tinggi
Siswanto menerangkan langit yang cerah dan tidak ada awan menjadikan gelombang panjang radiasi balik dari permukaan bumi terlepas maksimal ke angkasa di luar atmosfer bumi, tidak tertahan diserap atau dipantulbalikan ke bawah oleh awan.
Sementara itu, terkait Aphelion dikatakan Siswanto tidak terlalu berpengaruh terhadap dinamika cuaca bumi.
Sebab, dinamika dapur cuaca hanya terjadi di lapisan troposfera sekitar ketinggian 15-18 km dari permukaan bumi.
"Pada Aphelion posisi matahari justru berada pada jarak terjauh terhadap bumi, yaitu pada jarak 15-154 juta kiloameter," ujarnya.
BACA JUGA:Kota Jambi Rentan Cuaca Ekstrem, BMKG Prediksi Intensitas Hujan Tinggi
Akhir Cuaca Dingin di Musim Kemarau 2024
Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto memaparkan fenomena cuaca dingin akan terus terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus 2024.
Diprediksi Guswanto fenomena cuaca dingin di sejumlah wilayah Indonesia, seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara kemungkinan bisa terjadi hingga September 2024.
Ada pula beberapa wilayah di Pulau Jawa yang akan merasakan suhu lebih dingin dibandingkan daerah lainnya.
Sejumlah wilayah di Pulau Jawa yang akan merasakan suhu lebih dingin di antaranya sebagai berikut.