Namun, ini bukan soal infantilitas, melainkan soal keterikatan emosional dan kebebasan dalam mengekspresikan minat, tanpa terikat batas usia.
Perusahaan mainan besar kini merancang produk bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga khusus untuk konsumen dewasa. Data penjualan global menunjukkan bahwa peningkatan signifikan justru datang dari pembeli usia 20 tahun ke atas.
Lego, misalnya, merilis seri khusus dewasa yang lebih kompleks dan elegan, sementara perusahaan dari Jepang dan Korea mengembangkan lini karakter yang langsung menyasar pasar dewasa kolektor.
Laporan tahunan beberapa brand mainan multinasional menunjukkan bahwa kategori “kolektor dewasa” kini menyumbang lebih dari 25 persen total pendapatan mereka.
Bahkan, rilisan edisi terbatas dengan harga tinggi sering kali habis dalam hitungan menit, suatu indikasi kuat bahwa hobi ini bukan sekadar tren sementara. Mengoleksi merchandise bukan hanya tentang memiliki benda fisik.
Di dalamnya, ada memori yang dirawat, rasa tenang yang dicari, dan identitas yang diekspresikan. Saat dunia luar terasa bising dan membingungkan, merapikan koleksi kecil di kamar bisa jadi cara untuk menata kembali perasaan. Siapa bilang dewasa berarti harus berhenti bermain? (*)