“Kalau kita biarkan bangunan berdiri di bantaran sungai, artinya kita sedang memelihara potensi bencana. Penataan ulang adalah langkah penyelamatan,” tambahnya.
Di sisi lain, Pemkot juga mendorong partisipasi publik melalui edukasi dan perubahan perilaku. Maulana menyebut, menjaga drainase dan tidak membuang sampah sembarangan adalah bentuk peran warga yang sangat menentukan.
“Banjir bukan hanya urusan alat berat dan beton. Ini juga soal kedisiplinan kolektif. Kecil, tapi sangat menentukan,” ujarnya.
Ke depan, Pemkot Jambi juga berencana menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga riset dan kampus luar negeri, termasuk Temasek Polytechnic dari Singapura, guna menerapkan pendekatan pengelolaan air berbasis sains dan teknologi.
Langkah-langkah tersebut tertuang dalam Masterplan Penanganan Banjir Kota Jambi 2024 dan akan terus dievaluasi sesuai dinamika lapangan.(ZEN)