Menhan Jamin Harga Obat 50 Persen Lebih Murah, Bangun Farmasi Ketahanan Negara

Sabtu 26 Jul 2025 - 16:55 WIB
Reporter : Antara
Editor : Jennifer Agustia

JAMBI - Setelah peresmian integrasi laboratorium farmasi TNI menjadi Farmasi Pertahanan Negara (FPN), Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin memastikan bahwa kehadiran FPN akan signifikan menekan harga obat-obatan strategis hingga 50 persen lebih murah dari harga pasar.

Hal ini diungkapkan Menhan Sjafrie dalam konferensi pers usai acara peresmian fasilitas FPN di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta hari ini.

Menhan Sjafrie menjelaskan bahwa produksi obat-obatan sudah berjalan seiring dengan pembangunan Farmasi Pertahanan Negara.  Pihaknya pun mengaku sudah melakukan koordinasi terhadap Satgas Koperasi Merah Putih.

Rencananya, obat-obatan produksi Farmasi Pertahanan Negara (FPN) sudah mulai diproduksi secara massala pada tanggal 5 Oktober 2025 mendatang dan akan didistribusikan ke koperasi-koperasi daerah.

BACA JUGA:Merangin Jadi Penerima Terbesar Dana Peremajaan Sawit, Rakyat Tembus Rp 285,6 Miliar pada 2024

BACA JUGA:Korban Tabrakan KM Beringin dan Pompong Sawit di Nipah Panjang yang Sempat Hilang Tenggelam Ditemukan Meningga 

Menhan Sjafrie juga menjamin harga obat-obatan yang dijual lebih murah 50 persen dari harga pasar agar bisa dijangkau ke lapisan masyarakat.

"Ini produksi sudah berjalan. Dan hasil produksi kita sudah dibahas kemarin kepada Satgas Koperasi Merah Putih," ujar Menhan Sjafrie kepada wartawan, Rabu 23 Juli 2025.

"Tapi langkah berikut nanti menjelang 5 Oktober, kita akan produksi massal obat-obatan kita akan kirim ke desa-desa dengan harga 50 persen lebih murah dari harga pasaran atau supaya bisa dinikmati oleh rakyat di desa dan juga kepada para penjualan," sambungnya. Buka Peluang untuk Integrasi dengan BPJS

Lebih lanjut, Menhan Sjafrie juga mengaku akan membuka peluang bersama Kementerian Kesehatan untum mengintegrasikan penjualan obat-obatan produksi Farmasi Ketahanan Negara (FPN) melalui BPJS Kesehatan. 

Namun, sayangnya belum diketahui kapan hal tersebut bisa terealisasikan.

"Tapi kita sedang berjuang melalui Pak Menteri, kalau diizinkan kita berjuang lewat BPJS," tutur Menhan Sjafrie.

"Dengan disatukannya seluruh kapabilitas produksi farmasi militer di bawah satu atap FPN, kita akan melihat efisiensi yang luar biasa," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPOM RI Prof Taruna Ikrar menyebut bahwa salah satu penyebab tingginya harga obat-obatan di Indonesia adalah bahan baku yang mayoritas impor. 

Bahkan, lebih dari 90 persen bahan baku obat di Indonesia diimpor dari negara lain.

Kategori :