60 Persen Obat Habis, Layanan Penting Kesehatan Terancam di Gaza
Kementerian kesehatan Gaza menyatakan sekitar 60 persen obat-obatan esensial dan 83 persen pasokan medis di Gaza telah habis akibat perang yang terus berkecamuk serta kontrol dan penutupan perbatasan oleh Israel.-ANTARA-Jambi Independent
JAKARTA - Sekitar 60 persen obat-obatan esensial dan 83 persen pasokan medis di Gaza yang terkepung telah habis akibat perang yang terus berkecamuk serta kontrol dan penutupan perbatasan oleh Israel, kata Kementerian Kesehatan Gaza pada Sabtu.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian memperingatkan krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal obat-obatan dan pasokan medis, serta mengutuk dampak parahnya terhadap kehidupan pasien dan korban luka.
"Rumah sakit dan pusat kesehatan menghadapi kekurangan obat-obatan dan pasokan medis yang sangat akut," kata pernyataan tersebut.
Kehabisan sumber daya ini bisa "mengakibatkan penghentian total layanan medis kritis, termasuk perawatan darurat, operasi, perawatan intensif, dialisis, layanan kesehatan primer, dan layanan kesehatan mental," pernyataan itu memperingatkan.
BACA JUGA:Kemenko Polhukam: Kualitas SDM Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
BACA JUGA:Harapkan Investasi Masuk Indonesia, Lewat Potensi Energi Hijau
Pernyataan itu menyerukan kepada organisasi internasional dan yang berafiliasi dengan PBB untuk "segera campur tangan dan menyediakan obat-obatan serta pasokan medis yang diperlukan."
Pernyataan itu menyerukan organisasi internasional dan mereka yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk "segera campur tangan dan menyediakan obat-obatan dan pasokan medis yang diperlukan."
Sejak pecahnya perang pada 7 Oktober lalu, Israel telah memutus pasokan listrik ke Gaza, menghentikan pengiriman bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah itu, serta menghentikan pasokan air, komunikasi, makanan, dan bantuan medis, sambil juga menutup perbatasan.
Saat ini, hanya pasokan medis dan bantuan internasional dalam jumlah terbatas yang masuk ke Gaza melalui Israel, yang jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang berjuang menghadapi kondisi kemanusiaan dan kesehatan yang mengerikan.
BACA JUGA:BI Jambi Imbau Warga Berbelanja Bijak untuk Tekan Inflasi
BACA JUGA:Anwar Sadat: Pembangunan Jalan Parit Lapis Dijadwalkan untuk 2024
Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza sejak dimulainya operasi setelah serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.300 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta lebih dari 93.300 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.