JAMBI - Sektor pariwisata di Provinsi Jambi mengalami tren penurunan sepanjang tahun 2025. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, Imron Rosadi.
Imron mengakui, kondisi tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satunya kebijakan efisiensi yang dilakukan berbagai pihak, termasuk pelaku perjalanan wisata.
“Harus kita akui, efisiensi sedikit banyak berdampak terhadap kunjungan wisatawan,” kata Imron, Senin (18/8).
Adapun, persoalan transportasi juga ikut menjadi penyebab turunnya kunjungan wisata. Menurutnya, berkurangnya frekuensi penerbangan dari dan menuju Jambi turut memengaruhi jumlah wisatawan yang datang.
BACA JUGA:118 Peserta Ikut Pelatihan Program Pengembangan SDMPKS 2025
BACA JUGA:Kawasan Kumuh Jambi Kian Meluas
“Kemarin kita diskusi dengan maskapai penerbangan, karena penumpang pesawat kurang di tahun ini, sehingga mereka menyesuaikan jadwal penerbangan,” bebernya.
Imron menegaskan, Dinas Pariwisata daerah harus lebih inovatif. Langkah ke depan, kata dia, adalah membangun kerja sama dengan berbagai pihak agar sektor pariwisata tidak terus mengalami penurunan.
“Salah satunya perbanyak event dan berkolaborasi, baik dengan komunitas lokal, pihak swasta maupun pemerintah kabupaten dan kota,” ungkapnya.
Ia berharap, munculnya berbagai objek wisata baru dapat diikuti dengan pengelolaan yang lebih kreatif dan inovatif. Menurutnya, tanpa terobosan, destinasi wisata akan cepat kehilangan daya tarik.
“Kita berharap dengan objek wisata yang muncul agar mereka lebih kreatif dan inovatif terutama dalam pengelolaannya,” katanya.
Lebih lanjut, Imron menekankan pentingnya promosi digital. Menurutnya, pemanfaatan media sosial bisa menjadi sarana efektif untuk menarik minat wisatawan, terutama generasi muda.
“Dengan memanfaatkan media sosial agar menarik minat wisatawan,” ucapnya.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan agar strategi promosi sejalan dengan keberlanjutan destinasi. Selama ini, kata Imron, pengelolaan wisata masih kurang memperhatikan aspek teknologi informasi dan keberlanjutan lingkungan.
“Kelemahan kita selama ini, mungkin belum optimal memanfaatkan teknologi informasi, juga kurang memperhatikan keberlanjutan daripada destinasi wisata itu,” tegasnya.