Manusia Indonesia dan Refleksi Nalar Kebangsaan

Selasa 19 Aug 2025 - 20:44 WIB
Reporter : Fajar Satriyo
Editor : Dadan Ramdani

SURABAYA - Pada 6 April 1977, seorang sastrawan yang juga merupakan wartawan Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) ANTARA, Mochtar Lubis, menyampaikan pidato kebudayaan yang seperti menelanjangi sifat asli manusia Indonesia.

Pidato kebudayaan yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki, Jakarta tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku dengan judul "Manusia Indonesia".

Manusia Indonesia yang merupakan refleksi mendalam dari Mochtar Lubis mengenai kompleksitas identitas bangsa Indonesia yang masih berusia muda, yakni 32 tahun, semasa pidato tersebut disampaikan.

Mochtar Lubis berpendapat bahwa meskipun mayoritas masyarakat Indonesia mempunyai sifat-sifat beradab dan santun, terdapat sejumlah sifat yang kiranya perlu disentuh aspek-aspek perbaikan. Terlebih dalam masa tersebut, Indonesia masih berusia muda dan tengah mencari jati diri identitas bangsa untuk menjadi sebuah negara-bangsa.

BACA JUGA:Pesta Rakyat Dinilai Gerakkan Ekonomi Kerakyatan

BACA JUGA:Presiden Prabowo Lepas Peserta Pawai Karnaval Kemerdekaan di Monas

Mochtar menganalogikan Indonesia sebagai sebuah mobil yang sebagaimana sebuah mesin juga memerlukan pemeliharaan, karena terdapat beberapa bagian yang mungkin telah rusak.

Dalam buku "Manusia Indonesia", Mochtar Lubis berpendapat bahwa terdapat 12 sifat dasar manusia Indonesia yang harus diperbaiki.

12 sifat tersebut yakni hipokritis (munafik), segan atau enggan bertanggung jawab, bersikap dan berperilaku feodal, percaya takhayul, artistik, lemah watak dan karakter, boros, cenderung malas bekerja keras, tukang menggerutu, dengki, dan mudah meniru.

Sebagai sebuah pandangan kebangsaan, tentu saja kita di generasi sekarang tidak boleh menyepelekan pendapat dan analisis dari Mochtar Lubis meskipun buah pemikiran tersebut terjadi sekitar 48 tahun silam.

Nyatanya hingga kini, analisis kritis Mochtar Lubis mengenai sifat dan watak asli manusia Indonesia juga masih kita temui dalam keseharian, termasuk lewat lini masa media sosial yang penuh hiruk pikuk saling menghujat satu sama lain.

Gaung "Revolusi Mental" hingga "Bangsa Besar" seperti halnya sebuah siklus yang terus didaur ulang untuk membangkitkan semangat kebangsaan, nampaknya belum bisa menyentuh akar persoalan kebangsaan itu sendiri.

Usaha untuk bisa mengurai akar persoalan kebangsaan tentu saja melalui pemerataan pendidikan seperti yang juga disinggung oleh Mochtar Lubis dalam "Manusia Indonesia".

Mochtar Lubis berpandangan bahwa pendidikan, sistem sosial politik serta struktur sosial merupakan latar belakang dan sebab manusia Indonesia mempunyai 12 sifat dasar yang negatif.

Maka, pangkal masalah yang belum terurai tersebut, menurut Mochtar Lubis, ke sanalah harus dicarikan solusi.

Kategori :