Polisi Paris Akui Kelalaian Keamanan
Pengunjung melintasi Piramida Louvre yang diarsiteki I M Pei di Museum Louvre, Paris, Prancis.--
JAMBI, JAMBIKORAN.COM - Kepala Kepolisian Paris, Patrice Faure, mengakui adanya kelalaian serius dalam sistem keamanan di Museum Louvre setelah terjadinya pencurian permata mahkota senilai Rp1,6 triliun baru-baru ini.
“Keamanan Museum Louvre tidak berjalan sebagaimana mestinya,” kata Faure saat berbicara dalam sidang Senat pada Rabu (29/30).
Dia mengemukakan bahwa sistem pengawasan yang sudah usang dan pekerjaan renovasi yang tertunda sebagai kelemahan utama sistem keamanan.
Sekelompok pencuri dilaporkan membobol Galeri Apollo pada pekan lalu dengan memaksa membuka jendela sekaligus mencuri delapan buah permata mahkota Prancis hanya dalam hitungan menit.
“Tidak ada langkah yang diambil di bidang teknologi,” ujar Faure, menambahkan bahwa sebagian jaringan kamera pengawas sudah ketinggalan zaman dan menghasilkan gambar berkualitas rendah yang sulit dibagikan secara real time.
Faure menyebut proyek renovasi museum senilai sekitar 80 juta euro (sekitar Rp1,5 triliun) itu tidak akan selesai sebelum 2030.
Faure juga mengungkapkan bahwa izin operasional kamera keamanan museum telah kedaluwarsa sejak Juli dan tidak pernah diperbarui.
Peringatan pertama tentang perampokan itu bukan berasal dari sistem alarm Louvre, melainkan dari seorang pesepeda yang menelepon 911 setelah melihat beberapa pria mengenakan helm di lift konstruksi di luar gedung.
Sambil menolak gagasan untuk menempatkan pos polisi permanen di dalam museum, Faure berkata, “Saya sangat menentangnya. Masalahnya bukan pada penjaga keamanan di pintu, tetapi pada kecepatan rantai peringatan.”
Adapun Direktur Museum Louvre telah menawarkan pengunduran dirinya, tetapi menteri kebudayaan Prancis menolaknya.
Selain itu, permata yang dicuri, dengan nilai sekitar 88 juta euro (Rp1,69 triliun) itu ternyata juga disebut tidak diasuransikan.(*)