JAMBI - Kabupaten Kerinci memegang peran strategis sebagai produsen padi terbesar di Provinsi Jambi dengan luas panen mencapai 16.963 hektar dan total produksi 87.517 ton pada tahun 2024. Selain itu, kabupaten ini direncanakan menjadi lumbung padi untuk varietas lokal endemik Padi Payo yang memiliki nilai budaya tinggi bagi masyarakat setempat.
Namun, upaya mencapai potensi maksimal produksi padi seringkali terhambat oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman yang menyebabkan kerugian hasil panen mencapai 20 hingga 40 persen, bahkan hingga 50 persen di beberapa lokasi.
Permasalahan ini diperparah oleh kesenjangan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola hama dan penyakit secara efektif. Petani menghadapi kendala dalam mengidentifikasi jenis hama dan penyakit secara akurat, menentukan waktu yang tepat untuk melakukan tindakan pengendalian, serta menerapkan metode Pengendalian Hama Terpadu yang dianggap rumit meskipun lebih ramah lingkungan.
BACA JUGA:IAKSS Muara Bungo Gelar Wisuda Diploma III dan S1 Angkatan ke-3, Berjalan Sukses
BACA JUGA:Bawaslu Sulsel Evaluasi Layanan Keterbukaan Informasi Pemilu
Ketergantungan pada metode tradisional dan penggunaan pestisida kimia secara berlebihan tidak hanya meningkatkan biaya produksi tetapi juga menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
Fakultas Pertanian Universitas Jambi telah melaksanakan Program Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan dalam pengelolaan hama dan penyakit tanaman padi di Desa Jujun, Kabupaten Kerinci. Program yang berlangsung selama delapan bulan ini menghadirkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan krusial yang dihadapi petani dalam upaya meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usahatani padi.
Program pengabdian masyarakat ini dipimpin oleh Fuad Nurdiansyah, S.P., M.PlaHBio., Ph.D., sebagai Ketua Tim, bersama dengan anggota tim yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Suandi, M.Si., IPU, Yulia Alia, S.P., M.P., Zakky Fathoni, S.P., M.Sc., Ir. Rike Puspitasari Tamin, S.Hut., M.Si., IPM., Agus Kurniawan, S.P., M.Si., dan Dr. Ir. Endy Effran, S.P, M.Si.,.
Tim yang memiliki keahlian multidisiplin dalam agroekologi, agribisnis dan teknologi pertanian digital ini berkolaborasi untuk mentransfer pengetahuan dan teknologi kepada 30 petani anggota kelompok tani di Desa Jujun melalui pendekatan partisipatif dan pendampingan intensif.
Solusi yang ditawarkan adalah implementasi platform digital UnjaTani yang dikembangkan oleh Laboratorium Smart Farming, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Platform ini merupakan aplikasi manajemen pertanian berbasis Android yang dirancang khusus untuk membantu petani mengelola berbagai aspek usahatani secara digital, dengan keunggulan utama pada modul analisis berbasis kecerdasan buatan.
Fungsi utama platform UnjaTani terletak pada kemampuannya sebagai alat diagnostik cerdas untuk kesehatan tanaman. Petani dapat mengambil foto tanaman padi yang terserang hama atau penyakit menggunakan smartphone melalui aplikasi. Gambar tersebut kemudian dikirim ke sistem kecerdasan buatan yang melakukan analisis mendalam dalam hitungan detik.
Sistem mampu mengidentifikasi jenis hama secara spesifik termasuk taksonomi ilmiahnya, menganalisis pola dan tingkat intensitas serangan, mengenali jenis patogen penyakit baik virus, bakteri, maupun jamur, serta menilai progresivitas atau tingkat perkembangan infeksi penyakit.
Selain fungsi diagnosis dan rekomendasi penanganan, platform UnjaTani dilengkapi dengan berbagai fitur manajemen usahatani yang terintegrasi. Fitur pencatatan aktivitas budidaya membantu petani mengatur jadwal kegiatan dengan sistem pengingat otomatis untuk setiap tahapan budidaya.
Modul manajemen keuangan memungkinkan petani mencatat pendapatan dan pengeluaran, menganalisis profitabilitas per tanaman, serta membuat proyeksi keuntungan. Fitur pemantauan cuaca menyediakan informasi cuaca real-time dan prediksi mingguan yang penting untuk perencanaan kegiatan pertanian dan antisipasi kondisi yang mempengaruhi serangan hama.
Sistem manajemen inventori membantu petani mengelola stok bibit, pupuk, dan pestisida secara efisien. Keunggulan lain yang sangat penting adalah fitur riwayat analisis yang memungkinkan petani melacak kesehatan tanaman dari waktu ke waktu.
Data historis ini menciptakan database pribadi yang berharga untuk evaluasi dan pengambilan keputusan pada musim tanam berikutnya. Platform juga memungkinkan integrasi hasil analisis dengan modul lainnya, misalnya menerjemahkan rekomendasi penanganan menjadi tugas spesifik dalam jadwal atau mengaitkan data kesehatan tanaman dengan catatan keuangan untuk analisis biaya-manfaat.
Implementasi platform UnjaTani di Desa Jujun menunjukkan hasil yang positif. Tingkat pengetahuan petani meningkat rata-rata 60 persen, dengan 88 persen petani berhasil menguasai penggunaan modul kecerdasan buatan untuk diagnosis mandiri. Tingkat adopsi platform mencapai 65 persen, melampaui target awal 60 persen, dengan petani melakukan rata-rata empat kali analisis per musim tanam. Estimasi dampak ekonomi meliputi peningkatan produktivitas padi menjadi 5,2 ton per hektar, pengurangan kerugian akibat serangan hama dan penyakit hingga mencapai 43,8 persen, serta efisiensi biaya pestisida sebesar 25 persen sehingga diperkirakan peningkatan pendapatan bersih mencapai Rp 3,8 juta per hektar per musim tanam.
Kepala Desa Jujun, Bodi Sapriadi, S.H., menyampaikan apresiasi tinggi terhadap program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh tim Universitas Jambi.
"Kehadiran platform UnjaTani memberikan angin segar bagi petani padi di desa kami. Selama ini petani kami kesulitan mengidentifikasi hama dan penyakit dengan tepat, sehingga seringkali terlambat dalam penanganan dan mengalami kerugian panen yang cukup besar. Dengan adanya aplikasi ini, petani dapat langsung mengetahui jenis hama atau penyakit yang menyerang tanaman mereka hanya dengan memotret menggunakan handphone, dan mendapatkan rekomendasi cara penanganan yang tepat," ujarnya.
Bodi Sapriadi menambahkan bahwa dampak ekonomi dari program ini terasa bagi masyarakat desa. "Kami melihat merasakan sendiri dimana biaya untuk beli pestisida berkurang karena petani tidak lagi menyemprot secara berlebihan, dan yang paling penting petani sekarang lebih percaya diri dalam mengambil keputusan pengelolaan tanamannya. Pemerintah desa sangat mendukung program ini dan berharap kerjasama dengan Universitas Jambi dapat terus berlanjut, bahkan diperluas untuk komoditas pertanian lainnya di desa kami," tambahnya.
Keberhasilan program ini didukung oleh metode pendampingan yang komprehensif meliputi asesmen awal, pelatihan intensif, implementasi dengan pendampingan lapangan, monitoring berkelanjutan, serta pemberdayaan fasilitator lokal.
Lima petani telah dilatih sebagai fasilitator yang akan mendampingi petani lainnya, memastikan keberlanjutan program pasca intervensi. Program ini juga melibatkan mahasiswa sebagai pendamping lapangan, sejalan dengan program Kampus Berdampak dan berkontribusi pada pencapaian Indikator Kinerja Utama perguruan tinggi.
Model pendampingan teknologi pertanian digital di Desa Jujun juga berpotensi direplikasi ke desa-desa lain di wilayah tersebut dengan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kerinci dan pemerintah daerah setempat.
Program ini membuktikan bahwa teknologi kecerdasan buatan dapat menjembatani kesenjangan pengetahuan petani dan mendekatkan keahlian spesialis agronomi ke tingkat lapangan. Transformasi dari pertanian tradisional menuju pertanian presisi berbasis data menjadi kunci peningkatan kesejahteraan petani dan daya saing sektor pertanian padi, khususnya di wilayah pedesaan di mana modernisasi pertanian sangat diperlukan untuk keberlanjutan jangka panjang. (*/rib)