Jumita Romaito, Anak Petani yang Lulus jadi PPPK

--

Jumita Romaito lahir dan dibesarkan di Tebo, Jambi. Terlahir dari keluarga tidak mampu secara ekonomi, membentuk karakter Jumita menjadi sosok pekerja keras dan pantang menyerah. Sejak kecil ia sudah harus melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan orang dewasa.

Orangtuanya berprofesi sebagai petani, hanya mengandalkan hasil panen ladang, itupun cuman beberapa petak, mereka hidup dengan pas-pasan.
Keadaan ekonomi keluarga yang sangat sulit itulah, yang menjadikan Jumita kecil saat itu sudah harus memikirkan hal-hal yang semestinya menjadi beban orangtua.

Saat duduk di bangku sekolah dasar, Jumita sudah harus memanfaatkan waktu dengan baik. Ketika sepulang sekolah, Jumita sudah meninggalkan rumah. Di saat teman-teman seusianya bermain, dia pergi ke ladang untuk membantu orangtuanya.

Saat menduduki bangku SMP, Jumita tumbuh menjadi gadis yang kuat. Ia merasa lebih percaya diri melakukan pekerjaan-pekerjaan lebih berat. Pekerjaan lebih berat tentu penghasilannya lebih besar, begitu pikiran Jumita muda saat itu.

Pada usia sepantaran anak SMP, Jumita menekuni pekerjaan sebagai penyadap karet, dia adalah penyadap termuda.

"Pengalaman menjadi penyadap tersebut, saya merekam dengan baik pengetahuan mengenai kegiatan susahnya mencari uang," katanya.

Dari pengalam hidup yang demikian berat dan menantang, sosok Jumita terbentuk menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah dan selalu gigih berjuang untuk menata masa depan.

Saat menduduki bangku SMA, Jumita selalu menjadi siswa berprestasi di sekolahnya sehingga dapat meringankan biaya sekolahnya. Selepas SMA, Jumita tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Ia mengalah demi kakak dan adiknya agar mereka bisa melanjutkan pendidikannya.

Ia membantu orangtuanya sebagai penyadap karet. Setiap hari Jumita selalu ke ladang untuk menyadap karet agar bisa membantu biaya sekolah kakak dan adiknya serta membantu biaya hidup keluarganya.

Jumita tidak pernah merasa malu atas pekerjaannya ini, dimana teman-teman seusianya asik di bangku kuliah, tetapi tidak dengan dia. Namun tidak membuat ia merasa kehilangan harapan dengan masa depannya.

"Saya selalu menganggap ini semua hanyalah sukses yang tertunda," katanya.

Kemudian jumita melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Universita Terbuka, mengambil jurusan PGSD.

Pada saat yang sama, Jumita tidak punya pilihan. Ia harus melanjutkan hidupnya. Hal ini lagi-lagi memaksanya memutar otak menemukan bagaimana caranya untuk bertahan hidup untuk membiayai kuliah sehingga ia bekerja sambil kuliah.

Beberapa tahun setelah lulus kuliah, Jumita memilih merantau ke Padang. Disana ia di percayai oleh sekolah terbaik untuk mengajar di sekolah tersebut.

Kesabarannya, akhirnya membuahkan hasil. Dalam kurun waktu 6 tahun ia mengajar, Jumita menjadi salah satu guru yang lulus PPPK.

Jalan menuju sukses itu tidak pernah tertutup bagi orang-orang yang percaya akan adanya kebesaran Allah dan siap bekerja keras. Jalan itu selalu terbuka bagi orang-orang yang tidak mengenal kata putus asa dan tidak pernah menyerahkan hidupnya pada nasib.

"Dunia ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang optimis dan penuh semangat untuk mencapai cita-citanya; dunia dan akhirat," ujarnya.

 Keyakinan yang besar akan membentuk pola pikir yang positif dan optimisme yang membumbung. Mindset yang benar akan menciptakan nilai juang yang tinggi, semangat yang membara.

Akhirnya, Jumita selalu merumuskannya dengan satu kalimat yaitu "Sukses itu bukan bakat, tepai tekad".

" Dalam kerendahan hati, ada ketinggian budi. Dalam kemiskinan harta, ada kekayaan jiwa. Dan dalam kesempitan hidup, ada kekuasaan ilmu," tandasnya. (*/enn)

Tag
Share