Jaksa Terdakwa

Dahlan iskan--

SELAMA tiga hari saya ikuti lengkap pidato Kamala Harris, Tim Walz, Barack Obama, Michelle Obama, Bill Clinton, suami Kamala, istri Walz, dan beberapa lagi. 

Saya sependapat dengan Bung Mirwan Mirza: merindukan kualitas pidato pemimpin-pemimpin kita –bisa mirip pidato mereka. 

Kita rasanya masih di tingkat merindukan yang lain: bansos, serangan amplop fajar.... 

Tiga hari itu kuota pulsa saya jebol. Konvensi Partai Demokrat Amerika Serikat telah merugikan saya: boros pulsa. Tapi terhibur. 

BACA JUGA:Tegaskan Pemindahan ASN ke IKN Tunggu Ekosistem Siap

BACA JUGA:Pemkab Keluarkan Edaran Netralitas ASN Selama Pilkada 2024

Di Jakarta saya geleng-geleng kepala atas akal-akalan agung konstitusi. Pekan lalu, di Amerika geleng kepala menikmati kualitas pidato mereka. 

Memang baru pidato. Baru janji-janji di konvensi. Saya pun flash back: mencari rekaman debat cawapres –antara Kamala dan Pence empat tahun lalu. Kamala sebagai penantang, Pence sebagai incumbent. 

Selama sebulan ini nama Kamala sungguh meroket. Mengejar elektabilitas Donald Trump. Pidato-pidato Kamala sangat memikat. Juga tawanyi. Humornyi. Ekspresi wajahnyi. Intonasinyi. Jargon-jargonnyi. 

Lantas muncul kritik: semua itu baru pidato. Yang isinya bisa disiapkan. Bahkan beberapa pidatonyi pakai teks, teleprompt. 

BACA JUGA:Pj Buka Bupati Cup IV U12 di Mestong, Semoga Ada Ronaldo dari Muaro Jambi

BACA JUGA:Tanjab Timur Antisipasi Masuknya Api Dari Kabupaten Tetangga

Kamala belum teruji di forum dadakan. Belum pernah melakukan konferensi pers. Belum pernah digoreng wartawan-wartawan di door stop. 

Juga belum pernah tampil dalam forum debat dengan Trump. Dia belum merasakan dilindas keagresifan Trump secara langsung. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan