Berhenti Kerja, Beralih jadi Relawan
--
JAMBI – Aktif dalam pendampingan kegiatan sosial menjadi pilihan perempuan kelahiran Jambi, Fitri Novita Sari.
Meski sama sekali tak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, yaitu mahasiswa lulusan teknik kimia.
"Karena saya pun sempat bekerja dalam bidang yang tidak linier dengan jurusan saya. Sempat bekerja yang urusannya lebih ke arah teknik elektro," kata Fitri.
Bahkan, ia memutuskan diri untuk beralih sebagai relawan untuk pendampingan kegiatan-kegiatan sosial setelah ia bekerja.
Kisah pendampingan Fitri bermula dari kegiatan yang hanya sekedar mencari aktivitas tambahan di sela waktu senggang.
Ia mencoba ikut pendampingan sosial kepada masyarakat di pedalaman-pedalaman Indonesia.
Keputusannya beralih dari seorang pekerja menjadi relawan bukanlah hal yang mudah, dia memantapkan hati dalam waktu lama untuk kemudian mengambil keputusan besar itu.
Menjadi seorang pekerja digaji oleh sebuah perusahaan, tetapi ketika menjadi relawan Fitri justru mengeluarkan uang untuk itu.
Kalau beruntung, paling tidak ia mendapatkan pendanaan dari yayasan-yayasan yang menyelenggarakan.
Tetapi niat tulusnya itu ternyata memiliki output yang berbeda, orang mengecapnya sebagai sosok berjiwa sosial tinggi.
Fitri yang awalnya hanya seorang relawan dan pergi ke penjuru daerah di Indonesia, kini dia justru sudah menjadi seorang fasilitator.
Fasilitator yang tugasnya membuat gagasan dan ide di atas tugas-tugas para relawan.
"Jadi niatnya itu cuma main-main ya pendampingan sosial kepada masyarakat itu bukan tujuan utamanya. Tapi eh malah merasa menyenangkan menjadi seorang pendamping," jelas Fitri.
Semakin sering ia mengikuti kegiatan sosial di kala libur bekerja, membuat Fitri menikmati momen bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Dia menemukan bahwa mendampingi kegiatan sosial masyarakat membuatnya memiliki kepekaan tersendiri terhadap apa yang dirasakan mereka.
Fitri berbagi ilmu, dan membangun ide-ide bersama relawan lainnya setiap daerah yang dikunjunginya.
"Jadi orang-orang, atau lembaga yang cari saya itu sudah kenalnya saya seorang fasilitator dan kalau ada program di daerah mana gitu diundangnya pun sebagai fasilitator dan itu dibayar," jelasnya.
Dia tidak menyangka kegiatan seperti itu menjadi sesuatu yang menyenangkan tetapi justru ada juga dihargai layaknya profesional.
Permohonan untuk merancang program demi program pendampingan di pelosok daerah pun terus berdatangan.
Sampai lah pada titik pandemi Covid-19, Fitri sebagai seorang relawan tergerak lebih cepat untuk membantu masyarakat di Jambi untuk mendistribusikan makanan-makanan dari para donatur.
Akhirnya ia bentuklah sebuah yayasan yang kini dinamakan Sahabat Vii #Pecintaanakyatim.
Ide yang awalnya belum memiliki nama, dan hanya ingin membantu sesama saat pandemi ternyata direspon baik oleh banyak pihak untuk meneruskan itikad baik tersebut. Sahabat Vii akhirnya terus berjalan sampai saat ini.
Fitri yang sering mendapatkan penghargaan pun pada pertengahan tahun 2023 kembali menjadi Awardee Sekolah Staff Presiden yang lolos dari 6000 lebih peserta yang daftar.
Bagi Fitri, menjadi seorang pendamping atau fasilitator yang tujuannya pun sama-sama mendampingi masyarakat saat ini adalah suatu panggilan jiwa.