Rupiah Menguat di Tengah Perlambatan Ekonomi AS dan Penantian Data Global

Ilustrasi dolar as--pixabay

JAMBIKORAN.COM - Pergerakan nilai tukar rupiah menunjukkan arah positif dengan penguatan yang stabil, meskipun tetap volatil di tengah berbagai dinamika ekonomi global, terutama terkait perlambatan ekonomi Amerika Serikat dan data penting lainnya yang akan segera dirilis. 

Berdasarkan data Refinitiv, pada Rabu, 30 Oktober 2024, rupiah ditutup menguat sebesar 0,41% di posisi Rp15.690 per dolar AS. Fluktuasi kurs rupiah sepanjang hari tersebut berkisar di antara Rp15.740 hingga Rp15.690 per dolar AS.

Sentimen dari Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, penurunan signifikan dalam jumlah lowongan pekerjaan menjadi salah satu faktor pengaruh terhadap pasar valuta asing.

BACA JUGA:Terbukti Terima Suap Miliaran Rupiah

BACA JUGA:Kian Melemah, Hari Ini Nilai Tukar Rupiah Berada di Level Rp 15.690 per USD

Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan turun 418.000 menjadi 7,443 juta pada akhir September 2024, level terendah sejak Januari 2021. 

Hal ini mencerminkan adanya penurunan permintaan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Di sisi lain, survei dari Conference Board pada Oktober menunjukkan peningkatan persepsi positif konsumen terhadap pasar tenaga kerja, sehingga mendorong kepercayaan konsumen ke level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.

Pertumbuhan Ekonomi AS Melambat

Ekonomi Amerika Serikat tercatat tumbuh sebesar 2,8% pada kuartal ketiga 2024 secara tahunan, sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 3%. 

BACA JUGA:Nilai Tukar Rupiah Semakin Melemah, Kini Sudah Berada di Level Rp 15.152

BACA JUGA:Kerugian Capai Puluhan Juta Rupiah Rumah Warga Dusun Padang Pelangeh Terbakar

Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan mencapai 3%. Perlambatan ini menjadi perhatian utama investor dan pelaku pasar, mengingat dampaknya pada sentimen pasar global, termasuk Indonesia.

Pembaruan Data Ekonomi di Asia

Sementara itu, di Asia, beberapa data penting turut menambah volatilitas di pasar. China dijadwalkan akan mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur untuk Oktober 2024 pada Kamis, 31 Oktober. 

Proyeksinya, indeks ini akan naik dari 49,8 ke level 50,1, menandakan peralihan dari zona kontraksi ke zona ekspansi. Jika angka PMI ini sesuai proyeksi, maka akan menjadi sentimen positif bagi Indonesia yang memiliki hubungan perdagangan utama dengan China. 

BACA JUGA:Wow, Lewat 'Mie Bucin', Handri Ngaku Untung Jutaan Rupiah Per Hari

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan