Karambol Madinah

Disway--
Di “Time Square”-nya Madinah, jam segitu masih banyak orang wangi berlalu-lalang. Ada yang pulang dari ibadah personal di masjid. Banyak pula langkah-langkah orang yang menuju masjid.
Pun tidak semua toko tutup. Penerangan jalan dibuat begitu terang. Masih pula ada imbas cahaya gemerlap dari menara-menara masjid yang tinggi nan indah.
Saya terus menelusuri “Time Square” itu. Anda sudah tahu tujuan saya: ujung area itu.
Banyak makanan di sana. Baik yang “kaki lima modern” dari berbagai negara –termasuk kios bakso dijamin original dari Indonesia– mau pun kafe-kafe berkelas.
Sasaran banyak orang: minum dan makan di tempat duduk open space yang santai –kebetulan udaranya sekitar 20 derajat celsius.
Saya ajak cucu pertama saya: Khalisa Marta Dinata –semester empat Universitas Ciputra. Tepatnya dia-lah yang ingin agar kai-nya menunjukkan lokasi yang pernah saya tulis di Disway setahun lalu itu.
Kini Gen Z kita –yang dulu sukanya ke Amerika– pun senang ke Madinah yang kian bersih, indah, dan tertata.
Sebenarnya saya juga ingin memamerkan “Time Square” Madinah ini ke Inul Daratista. Inul dan keluarga memang berada di rombongan kami.