Sebab Isu Kuliner Negatif di Media Sosial, Cepat Viral dan Merugikan

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan informasi, termasuk isu-isu terkait kuliner. Bahkan berdampak sangat merugikan bagi pengusaha kuliner tersebut.

Salah satu contoh yang mencuri perhatian saat ini adalah isu hoaks mengenai penggunaan minyak babi di Mie Gacoan, sebuah brand mi murah yang populer di Indonesia. Isu ini sempat viral dan menimbulkan kehebohan di kalangan masyarakat.

Isu ini bermula dari unggahan di media sosial TikTok yang menyebutkan bahwa Mie Gacoan menggunakan minyak babi dan disegel oleh Satpol PP. Unggahan cepat menyebar, terutama di platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook.

Banyak netizen yang langsung bereaksi tanpa ada tedeng aling-aling lagi. Baik yang meresponsnya karena punya rasa khawatir, marah, maupun skeptis, hingga menyebarkan isu tersebut di grup WhatsApp yang makin menyebar.

BACA JUGA:Israel Dikepung Kebakaran Hebat

BACA JUGA:Komnas HAM kecam aksi KKB, Tim Pencarian Iptu Tomi Marbun

Padahal sebenarnya unggahan tersebut merupakan video lama pada 2023. Yakni mengenai penyegelan outlet Mie Gacoan cabang Serpong, Tangerang Selatan. Mie Gacoan cabang Serpong tersebut disegel bukan karena menggunakan minyak babi.

Namun, pada saat itu pihak Gacoan belum mengurus izin Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Meskipun telah dianggap hoaks, video tersebut telah menyebar luas dan telah mempengaruhi banyak orang.

Ada pula yang menimpa beberapa pengusaha makanan yang lain. Mereka mengalami kerugian akibat review negatif dari content writer (food vlogger/blogger) yang merugikan reputasi dan penjualan usaha mereka.

Seperti yang dialami oleh Ci Mehong dengan bisnis bika Ambonnya. Usahanya mengalami sorotan setelah direview oleh Tasyi Athasyia, yang menemukan binatang kecil dalam adonan bika Ambon dan mengkritik teksturnya.

Sementara Restoran Nasi Tempong Indra yang populer di Bali ini menjadi sorotan setelah mendapatkan kritik tajam dari Codeblu. Codeblu menyoroti sejumlah aspek, mulai dari kualitas hidangan.

Hingga sistem pemesanan yang dinilainya kurang profesional dan berpotensi merugikan pelanggan. Perusahaan toko kue Clairmont juga mengalami kerugian materiil dan imateriil akibat ulasan negatif dari food vlogger Codeblu, sebesar Rp 5 miliar.

Nah, seberapa mudah sebenarnya isu kuliner yang negatif seperti itu bisa viral di media sosial?

Peran media sosial dalam penyebaran hoaks

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan