Sawah Petani Kerinci Mulai Kekeringan, Sungai Batang Merao Menurun Drastis Akibat Kemarau

Area persawahan warga di Kabupaten Kerinci terdampak kekeringan karena debit air sungai Batang Merao menurun drastis akibat musim kemarau. -IST/Jambi Independent-Jambi Independent

KERINCI – Musim kemarau yang melanda wilayah Kabupaten Kerinci dalam beberapa pekan terakhir mulai menimbulkan dampak serius. Salah satunya adalah penurunan drastis debit air Sungai Batang Merao yang menjadi sumber irigasi utama bagi lahan pertanian warga.

Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi sungai kini sangat mengkhawatirkan. Air yang biasanya mengalir deras kini menyusut tajam hingga dasar sungai terlihat jelas. Fenomena ini dikhawatirkan akan menyebabkan kekeringan lebih luas pada lahan sawah milik petani, terutama di wilayah yang bergantung penuh pada aliran sungai tersebut.

Yudi, salah satu warga Kecamatan Depati Tujuh, membenarkan kondisi tersebut. Ia menyebutkan bahwa banyak sawah warga di wilayahnya kini mulai mengalami kekeringan akibat berkurangnya pasokan air dari Sungai Batang Merao.

“Debit air turun drastis sejak kemarau melanda. Sekarang banyak sawah tidak terairi karena sungai nyaris kering,” ujarnya kepada media ini.

BACA JUGA:Cek Namamu di Sini, Ini 3 Link Resmi Umumkan Penerima BSU,Khusus Karyawan Bergaji di Bawah Rp3,5 Juta

BACA JUGA:Ini Puasa Sunnah Menjelang Hari Raya Idul Adha Beserta Niatnya

Keluhan serupa juga disampaikan oleh warga Lubuk Suli. Ia menyoroti tidak hanya penurunan debit air, tetapi juga kondisi air sungai yang kini tampak keruh dan kotor. Menurutnya, hal ini diduga akibat aktivitas galian C ilegal yang terjadi di bagian hulu Sungai Batang Merao, tepatnya di wilayah Siulak.

“Airnya bukan cuma berkurang, tapi juga kotor. Mungkin karena galian C ilegal di hulu sungai yang merusak ekosistem aliran air,” jelasnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi BMKG Depati Parbo Kerinci, prakiraan cuaca untuk wilayah Kerinci dan Sungai Penuh selama bulan Juni 2025 menunjukkan kondisi yang relatif cerah. Suhu udara berkisar antara 20 hingga 31 derajat Celsius dengan kelembaban antara 53 hingga 93 persen. Kecepatan angin diperkirakan berada pada kisaran 1 hingga 22 km/jam.

Situasi ini menunjukkan perlunya langkah antisipatif dari pemerintah daerah dan pihak terkait untuk mengatasi potensi kekeringan lebih luas, termasuk penyediaan sumber air alternatif dan pengawasan terhadap aktivitas ilegal yang dapat memperparah kondisi lingkungan. (sap/ira)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan