Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda

Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda-IST/Jambi Independent-Jambi Independent

Setiap hari, banyak orang menjalani rutinitas yang sama: bangun pagi, menyelesaikan pekerjaan, menjalani aktivitas, lalu tidur kembali.

Siklus itu terus berulang tanpa jeda. Tanpa pertanyaan. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi sering kali tanpa keterlibatan batin yang utuh.

Seiring waktu, muncul kegelisahan: mengapa hidup terasa berjalan, namun tidak benar-benar bermakna?

Fenomena semacam itu dikenal sebagai auto-pilot living, sebuah kondisi ketika seseorang menjalani hidup dalam mode otomatis, tanpa kesadaran penuh.

BACA JUGA:Mengenal Impostor Syndrome dan Budaya Rasa Bersalah

BACA JUGA:Berutang Pada Teman Demi Gaya Hidup?

Banyak dialami oleh generasi muda, terutama mereka yang berada pada usia produktif, di tengah tekanan rutinitas, target pencapaian, serta ekspektasi sosial.

Psikolog klinis Dr. Intan Permata, M.Psi, menjelaskan bahwa kondisi itu merupakan respons psikologis terhadap stres yang berkepanjangan dan monoton.

Banyak anak muda berada dalam fase hidup ketika mereka harus terus bergerak, tapi tidak diberi ruang untuk benar-benar merasakan atau memaknai proses yang mereka jalani.

Laporan dari World Health Organization (WHO) pada 2023 juga menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen anak muda usia 18–29 tahun mengalami kelelahan emosional.

Juga gejala disosiasi ringan akibat tekanan kerja dan sosial. Mereka merasa kosong. Seolah apa pun yang dilakukan tidak berdampak. Tidak pula memberi makna personal.

Penyebabnya bisa berasal dari banyak hal. Salah satunya adalah rutinitas yang padat dan minim refleksi diri. Di sisi lain, gempuran media sosial juga memperkuat kebutuhan untuk “selalu terlihat sibuk dan berhasil”.

Akibatnya, banyak individu terjebak dalam performa tanpa kehadiran batin. Mereka terus berjalan. Tapi tak tahu sedang menuju ke mana.

Fenomena itu bukan hanya persoalan psikologis. Tapi juga menyentuh sisi filosofis kehidupan. Pemikir eksistensialis seperti Albert Camus dan Jean-Paul Sartre pernah menguraikan kegelisahan manusia yang menjalani hidup tanpa makna.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan