Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda

Mengurai Fenomena Auto-Pilot Living di Kalangan Anak Muda-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Dalam konteks modern, hidup yang otomatis, tanpa kesadaran dan arah, menjadi bentuk alienasi baru. Terutama di kalangan anak muda.
Namun, kondisi itu bisa dikenali dan dihadapi. Langkah awal adalah dengan memberi jeda. Mindfulness atau kesadaran penuh atas momen sekarang telah terbukti secara ilmiah mampu membantu seseorang keluar dari mode otomatis.
Studi dari Harvard University pada 2018 menunjukkan bahwa praktik mindfulness secara rutin selama delapan minggu dapat meningkatkan perasaan bermakna. Pun, lebih terkoneksi dengan diri sendiri.
Selain itu, penting pula untuk menyusun ulang prioritas. Hidup tidak selalu tentang produktivitas dan pencapaian.
Kadang, berjalan lambat, merenungi arah, dan mengambil waktu untuk mengenal diri sendiri justru merupakan cara untuk kembali ke inti kehidupan.
Berbicara pada orang terpercaya, mencari bantuan profesional, atau menuliskan perasaan secara rutin bisa membantu seseorang mengenali pola auto-pilot dalam hidupnya.
Tindakan sederhana seperti mematikan notifikasi, berjalan kaki tanpa gawai, atau sekadar menikmati makanan tanpa distraksi pun bisa menjadi langkah kecil untuk kembali “hadir” dalam kehidupan.
Karena pada akhirnya, hidup bukanlah sekadar tentang berlari dari satu tujuan ke tujuan berikutnya. Hidup juga tentang berhenti sejenak, mengamati sekitar, dan merasakan bahwa keberadaan kita punya makna. (*)