Ancaman dari Kebiasaan Menggulir Berita Negatif

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Di era digital, derasnya arus informasi telah melahirkan sebuah kebiasaan baru yang meresahkan, yaitu doomscrolling. Istilah ini mengacu pada kecenderungan untuk terus-menerus membaca atau melihat berita buruk, terutama di media sosial.
Meskipun tampak sepele, perilaku ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental, fisik, dan hubungan sosial.
Doomscrolling bukan sekadar membaca berita negatif. Kebiasaan ini merupakan reaksi alami terhadap rasa cemas dan ketidakpastian, ditambah dengan cara kerja platform digital yang memang dirancang untuk membuat pengguna terus terpaku pada layar dalam durasi yang panjang.
Faktor Psikologis di Balik Terjadinya Doomscrolling
BACA JUGA:Dampak pada Tubuh Jika Makan Daging Selama Seminggu
BACA JUGA:Alasan Selalu Kebelet BAB Setelah Minum Kopi
Terdapat beberapa faktor psikologis yang mendorong seseorang terjebak dalam doomscrolling:
• Bias Negativitas: Otak manusia secara alami lebih peka terhadap informasi negatif lebih mudah menarik dan mendapatkan perhatian.
• FOMO (Fear of Missing Out): Ketakutan akan tertinggal informasi penting membuat individu terdorong untuk terus memeriksa berita terbaru.
• Siklus Dopamin: Paparan konten saat menggulir layar dan menemukan informasi baru, bahkan yang negatif, memicu pelepasan dopamin yang menciptakan efek adiktif.
Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan kemampuan otak, terutama pada remaja, yang sulit untuk mengontrol diri, sehingga mereka lebih rentan terhadap perilaku yang tidak terkendali.
Dampak Doomscrolling bagi Kesehatan
Dampak doomscrolling tidak terbatas pada mental, tetapi juga menyentuh aspek fisik dan sosial:
• Kesehatan Mental: Paparan terhadap berita buruk dan konten yang meresahkan, jika dilakukan secara terus-menerus dapat memicu respons stres alami tubuh secara berlebihan. Hal ini dapat meningkatkan risiko stres kronis, kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.