Ragam Investasi yang Bisa Dicoba Gen Z

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Di tengah arus informasi digital yang deras, generasi muda kini tidak hanya fokus pada gaya hidup atau tren media sosial.
Generasi Z, mereka yang lahir antara 1997 hingga 2012, mulai menunjukkan ketertarikan serius terhadap dunia investasi. Bukan sekadar ikut-ikutan. Tetapi sebagai bentuk kesadaran finansial sejak dini.
Sebuah laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hingga akhir 2023, terdapat lebih dari 10 juta investor pasar modal di Indonesia, dan sekitar 58%-nya berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun.
Angka itu menandakan bahwa Gen Z mulai berani mengambil langkah konkret dalam mengelola keuangan jangka panjang.
BACA JUGA:Gen Z dan Kemandirian Mutlak
BACA JUGA:Langkah-langkah Jadi Copywriter, UI/UX Designer, atau Content Creator
Akses informasi yang mudah, platform digital yang ramah pengguna, hingga edukasi keuangan yang masif dari media sosial menjadi pemicu utama. Banyak dari mereka mengenal investasi dari TikTok, YouTube, hingga konten edukatif di Instagram.
Menurut data riset Katadata Insight Center (2023), 75 persen Gen Z tertarik investasi karena ingin punya kebebasan finansial lebih cepat. Sedangkan sisanya karena pengaruh tren dan keinginan untuk "mengalahkan inflasi".
Namun, dengan berbagai pilihan instrumen investasi yang tersedia, muncul pertanyaan: mana yang paling cocok bagi Gen Z—saham, reksadana, atau nabung emas?
Saham: Risiko Tinggi, Potensi Keuntungan Besar
Bagi sebagian Gen Z yang tertarik dengan dinamika pasar dan rela belajar menganalisis, saham menjadi pilihan utama. Melalui aplikasi seperti Ajaib, Stockbit, atau Bibit, mereka bisa membeli saham hanya dengan modal Rp 10.000.
Namun, risiko pasar yang fluktuatif membuat instrumen itu tidak cocok bagi mereka yang belum siap menghadapi potensi kerugian. Edukasi menjadi kunci.
BEI ( Bursa Efek Indonesia) telah bekerja sama dengan kampus dan sekolah untuk memberikan pelatihan pasar modal sejak dini.
Reksadana: Praktis dan Minim Risiko
Bagi Gen Z yang ingin memulai dengan risiko lebih rendah, reksadana menjadi opsi menarik. Produk itu memungkinkan investor menyerahkan pengelolaan dana kepada manajer investasi. Dengan Rp 100 ribu saja, mereka bisa memiliki portofolio saham, obligasi, atau pasar uang.
Menurut Bareksa, jumlah investor reksadana dari kelompok Gen Z meningkat 30% dibanding tahun sebelumnya. Banyak yang memilih reksadana karena “tidak ribet” dan tetap bisa cuan dalam jangka panjang.
Meskipun terdengar kuno, menabung emas digital justru semakin populer. Aplikasi seperti Tokopedia Emas, Pegadaian Digital, atau Pluang memungkinkan Gen Z membeli emas mulai dari 0,01 gram.
Nilai emas yang relatif stabil dan tahan terhadap inflasi membuatnya cocok untuk proteksi nilai jangka panjang.
Data dari Pegadaian mencatat peningkatan transaksi emas digital di kalangan usia 18–25 tahun sebesar 24 persen sepanjang 2023. Alasan utamanya: praktis, aman, dan mudah dipahami.
Meski antusias, bukan berarti perjalanan investasi Gen Z bebas tantangan. Masih banyak yang tergoda investasi bodong, belum memahami prinsip diversifikasi, atau overtrust terhadap influencer keuangan tanpa verifikasi.
Oleh karena itu, edukasi literasi keuangan masih menjadi pekerjaan rumah penting. OJK melalui program Sikapi Uangmu terus mendorong kampanye keuangan digital yang sehat. Selain itu, sekolah dan kampus juga diharapkan aktif menyisipkan edukasi finansial dalam kurikulum.
Setiap instrumen investasi memiliki kelebihan dan risikonya masing-masing. Saham cocok bagi yang siap belajar dan menanggung fluktuasi pasar. Reksadana cocok untuk yang ingin praktis, dan emas cocok sebagai proteksi nilai.
Bagi Gen Z, langkah paling penting bukan pada instrumen apa yang dipilih terlebih dahulu, melainkan membangun kebiasaan dan pemahaman finansial yang berkelanjutan.
Dengan begitu, investasi bukan sekadar tren sesaat, tetapi bekal menuju masa depan yang lebih mandiri secara ekonomi. (*)