Di Balik Dinding Dosa; Penyesalan Sang Eks Napiter

-IST/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent
Jeruji besi menjadi titik balik, sekaligus sarana kontemplasi pikiran dan hati. Ia menyeka buih kebencian berbalut agama dengan air mata penuh penyesalan.
"Jadi, yang dulu saya rasa harus dibenci, harus saya musuhi, sekarang saya harus berubah, saya harus cintai negeri ini sebagai bagian dari amanah Allah dan menebus kesalahan yang saya lakukan", katanya.
Perubahan paradigma yang dialami Abdul Haris tidak seperti hujan yang jatuh tiba-tiba. Perubahan itu merupakan proses buah pikir, hasil perenungan, dan pergolakan batin yang tidak sebentar.
Sosok Imam Besar Masjid Istiqlal yang kini menjabat Menteri Agama RI Nassarudin Umar menjadi salah satu tokoh yang memiliki peran besar dalam perubahan sikap seorang Abdul Haris. Nassarudin Umar dinilai telah menuntunnya kembali kepada Islam yang sebenarnya, Islam yang menyejukan dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah dia merasa sikap humanis dari aparat negara dalam menangani kasus terorisme ketika dalam penangkapan dan dalam tahanan sangat membantu Haris untuk kembali ke pangkuan NKRI dan memahami Islam yang moderat.
Desa Siapsiaga
Setelah 4,5 tahun mendekam di hotel prodeo dan mantap untuk menempuh jalan “hijrah", Abdul Haris semakin aktif menebarkan syiar dan ajaran Islam yang wasathiyah atau moderat dan terlibat dalam program-program deradikalisasi.
Salah satu program yang diikutinya adalah program Desa Siapsiaga yang digagas Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Abdul Haris berperan sebagai credible voice untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai ancaman dan bahaya paham radikal terorisme.
Desa Siapsiaga merupakan program prioritas BNPT untuk meningkatkan kesiapsigaan nasional dengan memperkuat daya tangkal terhadap paham radikal dan terorisme berbasis masyarakat desa.
Desa menjadi kata kunci dalam program tersebut. Bukan tanpa alasan, desa acapkali dijadikan sebagai sasaran penyebaran ajaran kebencian dan kekerasan oleh kelompok ekstremis dengan agama sebagai "gula-gula".
Program Desa Siapasiaga pertama kali dicanangkan pada tahun 2023 dengan menyasar 5 desa/kelurahan di 5 provinsi, yaitu; Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan NTB.
Kemudian, di tahun 2024 program tersebut diperluas menjadi 50 desa/kelurahan di 5 provinsi, yaitu; Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Pada tahun 2025, Program Desa Siapsiaga difokuskan di 11 desa/kelurahan di dua provinsi, yaitu Jawa Barat dan Banten.
Terdapat tiga komponen utama dalam program Desa Siapsigaa BNPT. Komponen pertama adalah meningkatkan kesadaran dan kepekaan masyarakat desa. Kedua, meningkatkan wawasan kebangsaan dan jiwa nasionalisme warga negara. Ketiga, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Kepala Subdirektorat Kesiapsiagaan dan Pengendalian Krisis pada Direktorat Penindakan BNPT Kolonel Indra Gunawan, setelah meresmikan unit usaha Biofloc di Kecamatan Jamblang, Cirebon, menjelaskan dari berbagai faktor yang melatarbelakangi orang bisa terpapar paham radikal adalah tentang kondisi ekonomi. Jadi, badan yang merupakan representasi negara itu mengikis celah yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok jaringan mereka. .
Dalam Program Desa Siapsiaga, BNPT juga turut melibatkan para penggerak desa sebagai garda terdepan untuk menciptakan sistem deteksi dini radikalisme dan terorisme di tingkat akar rumput.