Dari Guru hingga Petani, Emas Jadi Tabungan Andalan
Ilustrasi nasabah berinvestasi emas di Pegadaian--
JAMBIKORAN.COM – Di tengah situasi ekonomi yang tak menentu dan harga emas yang terus meroket, sejumlah warga Demak justru semakin giat berinvestasi emas.
Bagi mereka, logam mulia ini bukan hanya sekadar barang mewah, tetapi juga tabungan jangka panjang yang bisa diandalkan saat masa sulit.
Endah Kasinung (29), seorang guru non-ASN dan ibu rumah tangga di Demak, mengaku mulai menabung emas atas dorongan suami.
“Waktu itu bilang, ‘nanti bakalan emas itu melonjak tinggi, mending beli saja dulu’,” ujarnya, Jumat (19/9/2025)
BACA JUGA:Temuan Mengejutkan: Seorang Pria Miliki Tiga Ginjal, Diketahui Saat Periksa Nyeri Punggung
Meski sempat ragu karena harga emas sempat melonjak tajam sejak April 2025 akibat kebijakan tarif baru dari Presiden AS Donald Trump, Endah tetap membeli emas batangan seharga Rp 1,2 juta per gram. Belakangan, harga tersebut telah menyentuh Rp 1,8 juta per gram.
“Nggak saya jual, justru tabungan di bank saya alihkan ke emas buat sekolah anak,” katanya.
Berbeda dengan Endah yang memilih emas batangan, para petani di Demak umumnya membeli perhiasan emas pasca panen sebagai bentuk simpanan darurat.
Muryanah (45), warga Desa Kedungwaru, mengatakan perhiasan seperti gelang dan kalung dibeli bertahap dari hasil panen.
BACA JUGA:HIPMI: Kebijakan Cukai Rokok Harus Seimbang, Jangan Abaikan Nasib Petani dan Pekerja
BACA JUGA:Forum Pemimpin Redaksi SMSI Jambi Resmi Terbentuk, Siap Jalankan Visi Bersama
"Kalau panen nggak hasil, tinggal bawa ke toko (gadaikan), nanti ambil lagi pas ada uang,” ujarnya.
Perhiasan tersebut tidak dijual, melainkan terus dikoleksi. Bahkan saat memiliki uang lebih, Muryanah menukarnya dengan emas yang lebih berat.