6 Warisan Budaya Indonesia yang Pernah Diklaim Malaysia, Picu Ketegangan Antarnegara

6 Warisan Budaya Indonesia yang terdiri dari, Batik, Wayang Kulit, Rendang, Reog Ponorogo, Lagu Rasa Sayange, dan Angklung.--
JAMBIKORAN.COM - Sejumlah unsur budaya Indonesia sempat menjadi sorotan publik setelah diklaim sebagai bagian dari budaya Malaysia.
Klaim-klaim tersebut menimbulkan kontroversi yang memicu perdebatan sengit di masyarakat, terutama melalui media sosial. Hubungan antara Indonesia dan Malaysia pun beberapa kali memanas akibat sengketa budaya ini.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Namun, kekayaan ini sering kali menjadi sasaran klaim oleh negara tetangga, khususnya Malaysia.
Meskipun sempat memicu ketegangan, polemik ini turut mendorong upaya diplomasi budaya yang lebih aktif antara kedua negara.
BACA JUGA:Ribuan Warga Hadiri 'Kota Jambi Bahagia Bersholawat', Program Perdana Wali Kota Maulana
BACA JUGA:Benarkah Makeup Bisa Memperparah Jerawat? Ini Penjelasannya
Berikut adalah enam budaya Indonesia yang pernah diklaim Malaysia, berdasarkan catatan dari berbagai sumber:
1. Batik
Batik merupakan salah satu simbol kebanggaan nasional Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 2 Oktober 2009, setelah didaftarkan secara resmi oleh pemerintah Indonesia pada 3 September 2008.
Meskipun batik dikenal di beberapa negara lain, teknik pembuatan batik tulis yang rumit dan penuh makna simbolis merupakan ciri khas budaya Indonesia. Klaim terhadap batik sempat kembali mencuat ketika seorang konten kreator internasional menerima batik dari penggemarnya di Malaysia, yang menyebutnya sebagai pakaian tradisional negaranya. Hal ini kembali memunculkan diskusi publik tentang asal-usul batik.
BACA JUGA:Kenali Tanda-Tanda Skincare Tidak Cocok di Kulit Anda
BACA JUGA:Waspadai Tanda-Tanda Penuaan Dini Sejak Usia Muda
2. Wayang Kulit
Wayang kulit telah tercatat sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak 2003. Namun, beberapa kali Malaysia turut menampilkan wayang kulit dalam promosi pariwisatanya, menimbulkan kesan bahwa kesenian ini berasal dari budaya Melayu. Keberadaan masyarakat Indonesia di Malaysia yang mempertahankan tradisi wayang kulit turut berkontribusi terhadap persepsi tersebut.