Menanam Harapan melalui Cetak Sawah Rakyat

Anggota Brigade Pangan Ujung Jaya belajar mengoperasikan drone penebar benih padi di lahan Cetak Sawah Rakyat, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.-Hafidz Mubarak A-Jambi Independent
Suara ekskavator membelah sunyi di Desa Ujung, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Mesin-mesin itu beroperasi untuk menggarap lahan mati menjadi petak-petak sawah, menandai dimulainya kehidupan baru melalui program Cetak Sawah Rakyat.
Program Cetak Sawah Rakyat yang merupakan program Kementerian Pertanian ini bukan sekadar membuka lahan. Program tersebut berupaya menghidupkan kembali tanah yang lama terlelap menjadi hamparan sawah baru dengan harapan tumbuh sebagai lumbung padi.
Di Kecamatan Bati-Bati, lahan seluas 359 hektare dari total 4 ribu hektare lahan Cetak Sawah Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, disiapkan khusus untuk digarap menggunakan teknologi modern yang akan memangkas waktu dan tenaga.
Di balik program Cetak Sawah Rakyat, hadir kelompok Brigade Pangan (BP) bentukan Kementerian Pertanian sebagai penggerak utama. Brigade Pangan tak hanya diisi oleh petani senior, melainkan juga generasi milenial yang memilih jalan bertani sebagai medan perjuangan sekaligus peluang masa depan.
BACA JUGA:Pelaksana MBG yang Terus Berbenah
BACA JUGA:Menekraf Bahas Kerja Sama dengan Departemen Kebudayaan Moskow
Di lokasi Cetak Sawah Rakyat kawasan Desa Ujung, Kecamatan Bati-Bati, terbentuk Brigade Pangan (BP) Ujung Jaya dengan beranggotakan 15 orang dengan didominasi generasi milenial yang piawai mengoperasikan alat pertanian modern.
Di tangan mereka, peralatan seperti traktor, rotavator (mesin pengolah tanah), rice transplanter (mesin penanam padi), hingga combine harvester (mesin pemanen) yang disediakan oleh Kementan seakan menjadi tongkat sulap untuk menggarap lahan seluas 230 hektare menjadi hamparan sawah.
Tak hanya mendapatkan peralatan modern, BP Ujung Jaya juga dibekali pelatihan manajemen usaha pertanian sehingga mereka tidak gagap dalam memahami aspek keuangan, pemasaran, dan rantai pasok agar dapat mencapai keuntungan maksimal secara berkelanjutan.
Hadirnya alat dan mesin pertanian (alsintan) modern dan pelatihan manajemen yang ditunjang dengan infrastruktur yang baik, membuat para petani milenial itu percaya mengelola lahan cetak sawah rakyat tidak hanya menanam padi.
Tetapi, juga menanam harapan akan peluang ekonomi yang menjanjikan. Mereka yakin dalam setahun lahan garapan mereka dapat mencapai tiga kali masa tanam.