Pelaksana MBG yang Terus Berbenah
Kepala SPPG Cinere, Depok, Afif Maulana Rivai menunjukkan menu yang terdiri dari nasi, ayam katsu, sayur cap cay, buah anggur, dan susu yang dibagikan pada penerima manfaat di wilayah SPPG tersebut pada Senin (6/10/2025)-FOTO ANTARA-Jambi Independent
BONDOWOSO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah digencarkan oleh pemerintah terus menunjukkan perbaikan di tingkat praktik, meskipun sebelumnya sempat diwarnai insiden-insiden.
Pemerintah terus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program MBG, terutama terkait dengan aspek keamanan para siswa penerima manfaat makanan tersebut.
Kasus keracunan setelah siswa mengonsumsi makanan produk MBG, yang kemudian menjadi perhatian semua pihak termasuk Presiden Prabowo Subianto, telah menjadi pelajaran besar bagi para pelaksana dan seluruh pemangku kepentingan terkait, sehingga diharapkan tidak ada lagi kasus itu di masa mendatang.
BACA JUGA:Menekraf Bahas Kerja Sama dengan Departemen Kebudayaan Moskow
BACA JUGA:Menkes Nyatakan 40 Juta Orang Sudah Daftar Cek Kesehatan Gratis
Dari hasil evaluasi secara menyeluruh itu, pelaksana program MBG di lapangan juga melakukan perbaikan-perbaikan. Para pengelola di satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) berupaya melaksanakan tugas agar sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
Bukan hanya itu, SPPG juga telah menunjukkan langkah-langkah inovatif dalam mengerjakan tugas untuk pemenuhan gizi berkualitas bagi anak-anak bangsa penerus masa depan itu.
SPPG Cinere merupakan salah satu pelaksana yang telah menerapkan pengolahan hingga penyajian makanan dilakukan dengan sangat hati-hati, termasuk ketika memasukkan nasi dan lauk ke dalam wadah ompreng.
Di SPPG yang melayani hingga 1.000 porsi makanan dalam sehari itu, bukan sekadar standar keamanan yang dipenuhi, tapi juga dilakukan pembenahan dalam aspek lain, seperti penyediaan menu yang sesuai dengan selera siswa penerima. Siswa dapat memesan menu yang diinginkan, yang oleh penyedia, kemudian disesuaikan dengan pedoman angka pemenuhan gizi (AKG).
Kemungkinan yang membuat makanan terkontaminasi, hingga menyebabkan konsumen keracunan adalah pada tahap memasukkan masakan dalam kondisi panas ke dalam wadah atau ompreng.
Di SPPG Cinere, proses pengemasan itu betul-betul diperhatikan, yakni menunggu masakan dingin. Masakan itu didiamkan antara satu jam hingga dua jam, sebelum dimasukkan ke dalam ompreng.
Di luar produk makanan, dari aspek pekerja juga dipastikan SPPG ini memiliki sertifikat penjamah makanan, yang bertujuan untuk memastikan keamanan pangan bagi seluruh penerima manfaat. Sertifikat itu dikeluarkan melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN), dinas kesehatan, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan lembaga-lembaga profesional serta terakreditasi.
Pengelola juga bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk memastikan kesehatan para pekerja. Seluruh pekerja di satuan itu diperiksa secara berkala dan menyeluruh satu bulan sekali.
Apa yang dilakukan di SPPG Cinere merupakan tindak lanjut dari evaluasi menyeluruh terkait pelaksanaan MBG. Dari sisi Kemenkes, pemerintah mengoptimalkan puskesmas dan usaha kesehatan sekolah (UKS) untuk secara rutin memantau SPPG.