Sora 2, Revolusi Video AI, Mampu Hidupkan Video dengan Detail Menakjubkan

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent

OpenAI meluncurkan Sora 2, aplikasi video AI yang diklaim jauh melampaui generasi sebelumnya.

Jika dulu video AI hanya bisa menghadirkan potongan pendek dengan visual seadanya, kini Sora 2 tampil bak sutradara profesional.

Aplikasi itu terasa lengkap dengan audio sinkron, fisika realistis, bahkan fitur untuk memasukkan wajah serta suara penggunanya sendiri.

Dirilis pada 30 September 2025 secara terbatas di Amerika Serikat dan Kanada, aplikasi itu hanya bisa diakses lewat undangan. Meski begitu, antusiasme publik langsung melonjak.

BACA JUGA:SAH Ungkap Fakta, Program MBG Presiden Prabowo Jadi Inspirasi Dunia, 170 Negara Mulai Mengikuti

BACA JUGA:5 Bahan Alami Ampuh Redakan Sinusitis

Dalam hitungan hari, Sora 2 berhasil menembus tiga besar aplikasi terpopuler di App Store Amerika. Fenomena itu seolah mengingatkan pada era awal TikTok. Bedanya, kini konten yang ditampilkan bukan lagi hasil kamera. Melainkan buatan AI.

Salah satu fitur yang paling banyak dibicarakan adalah Cameo. Pengguna cukup merekam sekali wajah dan suara mereka. Setelah itu, Sora 2 bisa menghadirkan sosok mereka dalam video AI berkali-kali.

Kontrol privasi tetap dijaga. Pengguna bebas mengatur siapa yang boleh menggunakan identitas digitalnya. Langkah itu jadi jawaban atas kekhawatiran publik soal deepfake dan penyalahgunaan wajah.

Tak hanya itu, OpenAI menyematkan algoritma fisika canggih dalam Sora 2. Bola yang dijatuhkan akan memantul seperti di dunia nyata. Visual air akan dapat mengalir dengan ritme alami.

Bahkan angin bisa menggerakkan rambut karakter dengan halus. Detail kecil itu membuat video buatan Sora 2 terasa semakin hidup dan sulit dibedakan dari rekaman sungguhan.

Namun, Sora 2 bukan sekadar mesin pembuat video. OpenAI meraciknya dalam bentuk aplikasi sosial. Mirip TikTok, pengguna bisa menelusuri feed berisi konten AI, memberikan like, membagikan, hingga melakukan remix video orang lain.

Semua video diberi watermark dan metadata. Sebagai penanda bahwa itu buatan AI. Transparansi itu diharapkan bisa menekan potensi penyalahgunaan.

Meski demikian, kritik tetap muncul. Isu etika, privasi, hingga potensi penyalahgunaan masih menghantui. Bayangkan jika wajah selebritas disisipkan tanpa izin. Atau jika suara seseorang dipakai untuk pesan yang tidak pernah ia ucapkan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan