Fokus Jalur Sungai dan Hauling Khusus, Khusus Transportasi Batu Bara di Jambi
Tampak salah satu tongkang batu bara tengah melewati Sungai Batanghari di kawasan Jembatan Gentala Arsy.-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Jambi – Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jambi memastikan stiker nomor lambung untuk kendaraan angkutan batu bara resmi tidak digunakan lagi sejak 2022.
Kebijakan ini menyusul perubahan sistem pengelolaan transportasi batu bara yang kini difokuskan pada jalur sungai dan jalur khusus.
Sebelumnya, stiker nomor lambung menjadi alat utama pengawasan setiap truk batu bara untuk memastikan kepatuhan terhadap izin operasional.
Kabid Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Dinas Perhubungan Provinsi Jambi, M Faisal Reza menjelaskan, penggunaan stiker nomor lambung dulu bertujuan untuk pendataan armada truk batu bara yang melintas di Provinsi Jambi.
BACA JUGA:Karier Makin Moncer
BACA JUGA:26,9 Juta Rumah Tak Layak Huni, Target Renovasi Naik Drastis Jadi 400 Ribu Unit
“Dulu kita menggunakan nomor lambung untuk mendata jumlah truk batu bara berplat BH yang melintas,” ujar Faisal saat ditemui baru-baru ini.
Namun, sejak terbitnya Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2024, prioritas pengangkutan batu bara di Jambi beralih dari jalur darat ke jalur sungai dan jalur khusus.
“Saat ini, stiker nomor lambung tidak diterbitkan lagi. Berdasarkan ingub tersebut, pengangkutan batu bara memprioritaskan jalur sungai dan jalur khusus,” tambah Faisal.
Perubahan kebijakan ini diambil untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan risiko kecelakaan di jalan umum yang sebelumnya kerap dilalui truk batu bara.
Selain itu, langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah provinsi menekan berbagai persoalan sosial akibat angkutan darat, seperti kemacetan, kerusakan jalan, dan tingginya angka kecelakaan lalu lintas.
Dengan memanfaatkan jalur sungai dan jalur hauling khusus, pemerintah berharap distribusi batu bara menjadi lebih tertib, aman, dan efisien.
Meski demikian, penggunaan jalur sungai menghadapi tantangan teknis, terutama saat musim kemarau ketika permukaan air sungai menurun, sehingga menyulitkan tongkang melintas.
“Jalur sungai sudah terealisasi, namun saat musim surut tongkang sering tersangkut atau sulit lewat,” jelas Faisal.