Tekankan Pentingnya Keseimbangan Kekuatan Dalam Diplomasi
 
                            Anggota MPR RI Hasanuddin Wahid menyosialisasikan empat pilar kebangsaan--
JAKARTA, JAMBIKORAN.COM - Anggota Komisi XI DPR RI Hasanuddin Wahid menekankan pentingnya keseimbangan antara hard power, soft power dan smart power dalam diplomasi Indonesia di panggung politik internasional.
Hasanuddin mengatakan Indonesia secara hard power telah membangun industri pertahanan dan peningkatan alutsista.
"Kita harus kasih kepercayaan penuh kepada institusi militer kita," kata Hasan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan Hasanuddin dalam acara Deep Talk Indonesia memperingati satu tahun Astacita Presiden Prabowo bidang diplomasi dan pertahanan yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Uama (ISNU) bekerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Lembaga Kajian Strategis PB IKA PMII.
Diskusi bertajuk Astacita Presiden Prabowo: Sketsa Diplomasi & Pertahanan Nasional Dalam Menghadapi Tatanan Dunia Baru itu berlangsung di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan menghadirkan penulis serta sejumlah pakar di bidangnya.
Secara soft power, kata Hasan, diplomasi politik Presiden Prabowo Subianto memiliki pengalaman panjang dan tahu betul bagaimana memainkan peran di kancah global.
"Pola interaksi yang dimainkan Presiden adalah pengalaman dijajah," ujarnya.
Hasan menyatakan bahwa apa yang telah dilakukan perlu diimbangi dengan pengembangan smart power.
"Saat ini kita belum melakukannya secara terukur dan sistematis. Tanpa tiga hal ini, kita sulit untuk menjadi negara disegani," kata Hasan
Pada kesempatan sama, analis intelijen dan keamanan Ngasiman Djoyonegoro menilai gaya diplomasi yang diperlihatkan Presiden Prabowo Subianto adalah wujud nyata dari politik bebas aktif yang dipegang Indonesia memperjuangkan perdamaian dan ketertiban dunia.
"Presiden berhasil memainkan peran signifikan dan membuat nyata prinsip politik bebas aktif Indonesia," kata Simon, sapaan akrab Ngasiman
Simon menjelaskan bahwa sejak Presiden Prabowo dinyatakan sebagai presiden terpilih pada 2024 lalu, langkahnya terlihat terukur.
Presiden bisa melakukan lawatan dari China dan Amerika dalam satu rangkaian. Indonesia tergabung dalam BRICS+ sekaligus diterima oleh G7. Padahal kedua belah pihak tersebut sedang berseteru.
Simon menyampaikan bahwa setiap negara harus selalu mengukur kekuatannya dengan instrument of power, yaitu Diplomasi, Informasi, Militer, dan Ekonomi (DIME).
 
         
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                    