Kurangi Kebiasaan Anak Cari Sensani di Medsos

ilustrasi anak--

JAMBIKORAN.COM - Fenomena anak-anak dan remaja yang berupaya terkenal di media sosial semakin marak.

Beragam cara dilakukan, mulai dari membuat konten prank, melecehkan orang lain, hingga tindakan yang berujung pada persoalan hukum.

Tindakan-tindakan yang hanya demi viral ini menunjukkan pentingnya peran orangtua dalam memberikan nilai dan arahan sejak dini.

Psikolog Rose Mini, atau yang dikenal sebagai Bunda Romi, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mendorong anak mencari sensasi adalah cara orangtua dalam menyikapi kekurangan anak.

Menurutnya, orangtua yang kerap membandingkan atau memberi label negatif dapat membentuk gambaran diri yang buruk pada anak.

Ketika hal itu terjadi, anak cenderung mencari validasi dari luar, termasuk melalui media sosial.

Bunda Romi menegaskan bahwa fokus orangtua sebaiknya bukan pada kekurangan, melainkan pada potensi anak.

Dengan menonjolkan kemampuan yang dimiliki, anak akan memandang dirinya secara positif.

Ia mencontohkan bahwa ketika anak tidak mampu melakukan satu hal, orangtua tetap bisa menunjukkan kelebihan lain yang dimiliki, sehingga anak tidak merasa diabaikan atau tidak mampu.

Dukungan seperti ini, lanjutnya, akan membangun kepercayaan diri anak.

Ketika anak sudah merasa cukup dengan dirinya serta mendapat penguatan dari lingkungan terdekat, kecenderungan untuk mencari perhatian berlebihan di media sosial akan berkurang.

Anak akan lebih menghargai dirinya tanpa perlu melakukan tindakan yang nyeleneh demi pengakuan dari teman atau publik.

Dengan panduan yang tepat dari orangtua, anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan untuk tampil viral di dunia maya. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan